Friday, October 8, 2010

DAKWA UNTUK SETIAP PERSONAL UMAT INI


Bismillahirrahmanirrahim…
Alhamdulilah, Wasshalatu Wasshalamu 'Alal Fatihi Linnubuwa we Khatamiha..
we Ba'd...

Ada suatu hal yang mendorong Penulis menuangkan atau share idea atau mungkin bukan sekedar idea akan tetapi lebih dari sebuah a simple idea lebih tepat disebut sebagai sebuah keyakinan, keyakinan akan segala sesuatu akan berakhir termasuk Penulis, anda dan orang-orang disekeliling anda, keyakinan akan day of reckoning  – yaumul hisaab-, keyakinan akan adanya sorga dan neraka.

Ketika seorang melakukan tindak kebajikan, itu bisa saja terjadi karena dorongan nurani, atau karena yakin bahwa kebajikan akan dibalas dengan kebajikan dikemudian hari, atau karena yakin akan janji Allah, akan tetapi ketika seseorang melakukan tindak kejahatan seperti menipu, mencuri, korupsi, menganiaya, hobby menyakiti orang dan jamak kerakter buruk lainnya, sudah tentu itu bukan dorongan nurani, sudah tentu dia tidak yakin kejahatan akan dibalas dengan kejahatan, sudah tentu dia tidak yakin akan janji Allah, tetapi adalah sesuatu kerakter yang dibiarkan tumbuh dan menghiasi oknomnya yang biasanya merupakan bias lingkungan, dan latar belakang pendidikan.

Di negeri far far away ini (away from my lovely country) diantara sekian banyak kata-kata kesel yang pernah keluar dari mulut kita dan tentunya terecord oleh malaikat pencatat (I belive that), ada suatu hal yang sangat menarik kita pikirkan, itu bukan terjadi satu atau dua kali pada diri Penulis, bahkan mungkin terjadi pada diri anda, ketika berjalan untuk sebuah keperluan atau santai, di jalan kadang kita dicegat oleh seseorang atau sejemaat untuk berbicara atau diskusi (seruan bergabung)  tentang agama yang mereka yakini kebenarannya, apa yang  Penulis pikirkan dan sangat salut adalah mereka sangat bersemangat untuk sebuah kebenaran yang diyakininya, mereka sangat setia akan tugas yang diembannya.

Apa yang sebenarnya Penulis ingin sampaikan dalam Sharing ini adalah, sejauh mana loyalitas pada keyakinan (baca: agama) kita,  pernahkah kita berpikir untuk how to improve our belief, atau sekedar welcome terhadap orang (baca:da’i) yang menyampaikan seruan agama ini. Apa yang mungkin belum kita pahami adalah setiap part dari umat ini mempunyai  forsi tersendiri yang bisa jadi status hukumnya wajib, sunnah, atau mubah –boleh- untuk sebuah pencapaian islam kamil dan insan kaffah.
Bahwasanya dakwa bukan saja terbatas kepada minoritas Ulama, Da’i dan para Ustadz, setiap muslim maupun muslimah mempunyai forsi masing-masing untuk menyampaikan perkara-perkara yang kadang riskan atau kontras dengan nurani relegi kita, founder agama ini mengajarkan bahwa dakwa tidak mengenal limitasi waktu dan tempat, dakwa tidak inklusif pada mimbar, forum diskusi, pengajian dan lain-lain, apatalagi dengan muncul beragam media, seharusnya sangat membantu dan menyokong penyampain kebeneran tersebut.

Secara teori dakwa dapat dikategorikan pada dua hal, dakwa bil lisan –oral- dan dakwah bil hal –Prilaku-, khususnya dakwa hbil-hal kita bisa meniru prilaku-prilaku baik orang-orang sekeliling kita, bagaimana mereka memenage kehidupanya dan mencoba menyeimbangkan antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat, terkadang orang sangat disibukan dengan urusan dunia hingga melupakan kehidupan ukhrawi, menghabiskan waktu berjam-jam di kantor, atau didepan komputer sehingga tidak sempat membuka atau membaca buku-buku panduan ukhrawi.

Mendengar cerita dari salah seorang atasan di kantor setelah dinas dari Djibouti tentang bagaimana seorang  Liban menghabiskan waktu selama sejam di masjid setiap fardu untuk bermunajah dan bermuwahajah –face to face- kepada Allah membuat Penulis sangat malu kepada Allah, bagaimana tidak Liban yang mempunyai real estate dan jamak bisnis besar lainnya masih sempat bermuwajahah dengan Allah untuk mengungkapkan rasa syukurnya, menyatakan bahwa semua yang dia miliki adalah milik Allah, event dirinya adalah milik Allah, hal tersebut menurut hemat Penulis yang membuatnya betah sejam di Mesjid.
Ketika kita melihat individu seperti Liban, kadang kita bergumam “waoh…dan merasa bangga, akan tetapi pernah kah kita berpikir untuk mencontoh krakter seperti itu, sosok Liban dalam hal ini adalah dakwah bil-hal untuk kita, orang-orang yang berada dalam lingkungan kita yang berinisiatif positip adalah dakwah bil-hal dan qudwah –panutan-  yang perlu kita ikuti, kaya dan selalu merasa Fakir –butuh-  kepada Allah, punya jabatan yang tinggi namun bisa menaungi dan adil kepada bawahannya dan selalu merasa bahwa jabatan adalah amanah.

Terakhir…

Sering-seringlah berwasiat kepada colleague atau orang-orang disekitar kita hiasi canda kita dengan selipan hadits atau kata-kata hikma biar kehidupan ini tidak keliatan monoton, hidup ini untuk share to each other…. The more you give the more you get in return . J Peace.

Wassalam
A.Aidid
Room 27, KBRI Addis Ababa 2010

Taro ki ada-ada

HTML Comment Box is loading comments...

Followers