Friday, October 22, 2010

MENGINGAT MATI - I


BIASAKAN DIRI ANDA : 
Mengingat Mati Terminology MATI




Kematian adalah salah satu bagian dari kehidupan yang akan kita jalani, Rasulullah mengilustrasikannya sebagai Pintu untuk menuju kehidupan selanjutnya.  Sederet Fenomena tentang kecemasan ontologis  pasti akan menghantui seseorang  menjelang usia lanjut, bagaimana dia akan meninggal, kapan dan dimana akan mengakhiri kehidupan dunia dan berpindah ke kehidupan berikutnya. Kecemasan ini seharusnya bukan saja dirasakan oleh manula, akan tetapi setiap dari kita harus menumbuhkan dan memelihara kecemasan tersebut, dengan demikian kecemasan tersebut akan membuat formulasi dalam pradigma berpikir kita untuk selalu siaga satu dalam menjemput kematian, mengontrol setiap gerak intraksi kita yang akan berbias pada penbentukan krakter tawakkal dan berserah diri pada sang pencipta.

Sebelum terlalu jauh membahas kematian, ada baiknya Penulis memaparkan terminologi mati  menurut persepsi agama dan medis. Secara umum semua agama langit mengartikan mati sebagai suatu proses keluarnya Roh dari Jasad dan berpindah ke alam kehidupan selanjutnya. Pada konfrensi ketiga belas yang diadakan oleh مجمع البحوث الإسـلامية  terjadi perdebatan hangat antara Dr. Yusuf Qaradawy ketua umum persetauan ulama islam sedunia, dengan beberapa tokoh islam lainnya seperti Almarhum Dr. Sayyid Tantawi (Syeikhul Al-Azhar yang Lalu), Dr. Hamdi Zaqzuq (Menteri Waqaf Mesir) dan Syeikh Alazhar sekarang Dr. Ahmad Tayyib, seputar pendefinisian mati otak atau yang dikenal dengan istilah الموت الاكلينيكى   -clinical death- . Beliau Dr. Yusuf Qaradawi mengatakan bahwa sudah saatnya kita memberikan batasan atau pengertian tentang mati otak, dan beliau menambahkan bahwa mati otak adalah kematian yang sebenarnya. Ini erat hubunganya dengan boleh tidaknya mendonorkan anggota badan kepada pasien lain saat berada pada kondisi mati otak.

Ahli kedokteran (Medis) Memberikan pengertian bahwa mati otak dapat dibagi pada tiga macam:

1.       Mati Korteks dikenal dengan Cerebral atau cortical Death
2.       Mati Batang Otak (MBO)
3.       Mati seluruh otak  atau brain Death.

Di Indonesia untuk mengatakan status seseorang mati atau tidak itu perpatokan pada kondisi Mati Batang Otak (MBO) sedangkan di Jepang untuk mengklaim seorang pasien meninggal ketika pasien dinyatakan pada kondisi brain death, hal ini menurut hemat penulis terjadinya perbedaan persepsi dalam mengklaim seseorang itu meninggal atau tidak  karena tingkat kemajuan tekhnologi kedokteran yang dimiliki setiap Negara berbeda, bahkan bisa jadi Mati Korteks dapat menjadi patokan untuk mengklaim seseorang meninggal di Negara tercinta tempat kita berada sekarang ini. (just kidding). :P

Dalam Islam seorang gila tidak dibebankan syar’iah baginya atau bukan mukallaf karena dianggap otaknya tidak berfungsi normal, bahkan al-qur’an menyindir orang yang mempunyai otak normal namun tidak menggunakannya sederajat dengan hewan bahkan lebih hina dan sesat dari hewan.

Sebenarnya percaya akan adanya detik-detik kematian yang akan menjemput, akan memotivasi setiap personal untuk selalu melakukan hal-hal positif konstruktif dan merasa takut untuk melakukan hal-hal negative, hanya saja perasaan itu juga kadang berdampak pada hilangnya kreatifitas duniawi yang menjadikan seseorang malas untuk bekerja manakalah tidak dibarengi dengan rasa tanggung jawab kepada keluarga dan tanggung jawab kepada sesama makhluk Allah di bumi. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa salah seorang salafusshaleh pernah menggali tanah di kamarnya sebagai kuburan untuk dijadikan sebagai unsur yang akan mengingatkan dirinya akan kematian, beliau dalam tiap harinya berbaring dalam lubang tersebut untuk merasakan bagaimana suasana di Alam kuburan.
Sebenarnya kita tidak harus menggali tanah untuk dijadikan kuburan sebagai pemicu dalam memunculkan rasa akan dekat kepada kematian, dengan berziarah ke kuburan dan meyakini do’a yang diajarkan oleh Rasulullah ketika berziarah :

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَاللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ. 

Assalamu’alaikum ahladdiyaari minal mu’miniina wal muslimiina, wa inna insyaa Alloohu bikum laahiquuna wa yarhamulloohul mustaqdimiina minnaa wal musta’khiriina as alullooha lanaa walakumul ‘aafiyata. 
“Semoga kesejahteraan untukmu, wahai penghuni kubur dari kaum mukminin dan muslimin. Sesungguhnya kami Insya Alloh akan menyusul, ( semoga Allah Ta’ala memberikan rahmat kepada orang-orang yang (telah meninggal) terlebih dahulu diantara kami dan orang-orang yang akan datang)

Itu sudah dapat memicu munculnya simpatik akan kematian. Dan yang kedua yang dapat mengigatkan kita akan kematian adalah selalu sadar akan berapa tahun masa yang  telah dihabiskan dan berapa tahun lagi jatah umur hidup yang akan kita jalani sesuai dengan standar umur Rasulullah(63 Tahun), tidak selalu merasa diri muda dan akan hidup selamanya. Hal yang ketiga mungkin yang bias membantu untuk mengingat mati adalah banyak-banyak membaca artikel-artikel tentang kematian.

Ada hal yang perlu kita maklumi bersama bahwa kematian akan datang menjemput siapa saja yang telah tiba ajalnya (expiry), tidak mengenal apakah dia bayi, seorang anak kecil, remaja, dewasa atau manula, Al-Qur’an menjelaskan bahwa kematian itu tidak akan mundur sedetikpun atau tidak akan maju sedetik dari batas waktu yang telah ditentukan, tidak ada negosiasi dalam hal kematian, itu merupakan harga mati yang harus kita terima baik kita dalam keadaan siap maupun tidak siap.

Terakhir…
Persiapkan diri anda untuk menghadapi season ini, dan banyak-banyak berbekallah untuk kehidupan selanjutnya, ketahuilah sebaik-baik bekal adalah takwa. Semoga Bermanfaat Insyallah.

A.Aidid
Third Friday of October
Room 27 KBRI Addis Ababa

Taro ki ada-ada

HTML Comment Box is loading comments...

Followers