BIASAKAN DIRI ANDA :
Mengingat Mati Terminology MATI
Kematian adalah salah satu bagian
dari kehidupan yang akan kita jalani, Rasulullah mengilustrasikannya sebagai
Pintu untuk menuju kehidupan selanjutnya.
Sederet Fenomena tentang kecemasan ontologis pasti akan menghantui seseorang menjelang usia lanjut, bagaimana dia akan
meninggal, kapan dan dimana akan mengakhiri kehidupan dunia dan berpindah ke
kehidupan berikutnya. Kecemasan ini seharusnya bukan saja dirasakan oleh
manula, akan tetapi setiap dari kita harus menumbuhkan dan memelihara kecemasan
tersebut, dengan demikian kecemasan tersebut akan membuat formulasi dalam
pradigma berpikir kita untuk selalu siaga satu dalam menjemput kematian,
mengontrol setiap gerak intraksi kita yang akan berbias pada penbentukan
krakter tawakkal dan berserah diri pada sang pencipta.
Sebelum terlalu jauh membahas
kematian, ada baiknya Penulis memaparkan terminologi mati menurut persepsi agama dan medis. Secara umum
semua agama langit mengartikan mati sebagai suatu proses keluarnya Roh dari
Jasad dan berpindah ke alam kehidupan selanjutnya. Pada konfrensi ketiga belas
yang diadakan oleh مجمع البحوث الإسـلامية terjadi perdebatan hangat antara Dr. Yusuf
Qaradawy ketua umum persetauan ulama islam sedunia, dengan beberapa tokoh islam
lainnya seperti Almarhum Dr. Sayyid Tantawi (Syeikhul Al-Azhar yang Lalu), Dr.
Hamdi Zaqzuq (Menteri Waqaf Mesir) dan Syeikh Alazhar sekarang Dr. Ahmad
Tayyib, seputar pendefinisian mati otak atau yang dikenal dengan istilah الموت الاكلينيكى -clinical death- . Beliau Dr. Yusuf Qaradawi
mengatakan bahwa sudah saatnya kita memberikan batasan atau pengertian tentang
mati otak, dan beliau menambahkan bahwa mati otak adalah kematian yang
sebenarnya. Ini erat hubunganya dengan boleh tidaknya mendonorkan anggota badan
kepada pasien lain saat berada pada kondisi mati otak.
Ahli kedokteran (Medis)
Memberikan pengertian bahwa mati otak dapat dibagi pada tiga macam:
1. Mati Korteks dikenal dengan Cerebral atau cortical
Death
2. Mati Batang Otak (MBO)
3. Mati seluruh otak atau brain
Death.
Di Indonesia untuk mengatakan
status seseorang mati atau tidak itu perpatokan pada kondisi Mati Batang Otak
(MBO) sedangkan di Jepang untuk mengklaim seorang pasien meninggal ketika
pasien dinyatakan pada kondisi brain death, hal ini menurut hemat
penulis terjadinya perbedaan persepsi dalam mengklaim seseorang itu meninggal
atau tidak karena tingkat kemajuan
tekhnologi kedokteran yang dimiliki setiap Negara berbeda, bahkan bisa jadi
Mati Korteks dapat menjadi patokan untuk mengklaim seseorang meninggal di Negara
tercinta tempat kita berada sekarang ini. (just kidding). :P
Dalam Islam seorang gila tidak
dibebankan syar’iah baginya atau bukan mukallaf karena dianggap otaknya
tidak berfungsi normal, bahkan al-qur’an menyindir orang yang mempunyai otak
normal namun tidak menggunakannya sederajat dengan hewan bahkan lebih hina dan
sesat dari hewan.
Sebenarnya percaya akan adanya
detik-detik kematian yang akan menjemput, akan memotivasi setiap personal untuk
selalu melakukan hal-hal positif konstruktif dan merasa takut untuk melakukan
hal-hal negative, hanya saja perasaan itu juga kadang berdampak pada hilangnya
kreatifitas duniawi yang menjadikan seseorang malas untuk bekerja manakalah
tidak dibarengi dengan rasa tanggung jawab kepada keluarga dan tanggung jawab
kepada sesama makhluk Allah di bumi. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa salah
seorang salafusshaleh pernah menggali tanah di kamarnya sebagai kuburan untuk
dijadikan sebagai unsur yang akan mengingatkan dirinya akan kematian, beliau
dalam tiap harinya berbaring dalam lubang tersebut untuk merasakan bagaimana
suasana di Alam kuburan.
Sebenarnya kita tidak harus
menggali tanah untuk dijadikan kuburan sebagai pemicu dalam memunculkan rasa
akan dekat kepada kematian, dengan berziarah ke kuburan dan meyakini do’a yang
diajarkan oleh Rasulullah ketika berziarah :
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَاللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ وَيَرْحَمُ اللهُ
الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ
الْعَافِيَةَ.
Assalamu’alaikum ahladdiyaari minal mu’miniina wal
muslimiina, wa inna insyaa Alloohu bikum laahiquuna wa yarhamulloohul
mustaqdimiina minnaa wal musta’khiriina as alullooha lanaa walakumul ‘aafiyata.
“Semoga kesejahteraan untukmu, wahai penghuni kubur dari
kaum mukminin dan muslimin. Sesungguhnya kami Insya Alloh akan menyusul, (
semoga Allah Ta’ala memberikan rahmat kepada orang-orang yang (telah meninggal)
terlebih dahulu diantara kami dan orang-orang yang akan datang)
Itu sudah dapat memicu munculnya
simpatik akan kematian. Dan yang kedua yang dapat mengigatkan kita akan
kematian adalah selalu sadar akan berapa tahun masa yang telah dihabiskan dan berapa tahun lagi jatah
umur hidup yang akan kita jalani sesuai dengan standar umur Rasulullah(63
Tahun), tidak selalu merasa diri muda dan akan hidup selamanya. Hal yang ketiga
mungkin yang bias membantu untuk mengingat mati adalah banyak-banyak membaca
artikel-artikel tentang kematian.
Ada hal yang perlu kita maklumi
bersama bahwa kematian akan datang menjemput siapa saja yang telah tiba ajalnya
(expiry), tidak mengenal apakah dia bayi, seorang anak kecil, remaja, dewasa
atau manula, Al-Qur’an menjelaskan bahwa kematian itu tidak akan mundur sedetikpun
atau tidak akan maju sedetik dari batas waktu yang telah ditentukan, tidak ada
negosiasi dalam hal kematian, itu merupakan harga mati yang harus kita terima
baik kita dalam keadaan siap maupun tidak siap.
Terakhir…
Persiapkan diri anda untuk menghadapi
season ini, dan banyak-banyak berbekallah untuk kehidupan selanjutnya,
ketahuilah sebaik-baik bekal adalah takwa. Semoga Bermanfaat Insyallah.
A.Aidid
Third Friday of October
Room 27 KBRI Addis Ababa