Monday, November 29, 2010

YASINAN SEBAGAI MEDIA SILATURRAHIM

YASINAN SEBAGAI MEDIA SILATURRAHIM
Connect your Heart to the Allah and to the peoples


Yang Terhormat Bapak Duta Besar dan Ibu, Semoga dimuliakan Allah
Bapak-Bapak Home staff semoga senantiasa dalam Rahmat dan Rahim Allah
Serta saudara(i) yang berbahagia semoga kita semua selalu dalam maghfiratullah
 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepluralan aliran atau mazhab di Indonesia melahirkan beberapa persepsi bahwa YASINAN (baca : membaca Surah Yasin secara berjamaáh) merupakan bi’dáh dalam agama, dalam hal ini karena YASINAN adalah sebuah bi’dáh atau tambahan dalam agama ini, jamak orang-orang awam tidak mau ikut serta untuk YASINAN, bahkan sebagaian mereka (ekstrimis) menganggapnya sebagai perbuatan sia-sia dan melanggar sunnah Rasul.

Hubungannya dengan anggapan tersebut diatas ada beberapa points yang penulis akan mencoba jelaskan disini sebagai berikut :

01.  pengertian bidáh
02.  Yasinan secara berjamáh
03.  Rahasia dan Manfaat Yasinan

Pertama :Pengertian Bidáh
Bidáh dalam bahasa arab (terminology) berarti baru atau tambahan, sedangkan menurut syarí ulama fiqih memberikan pengertian bidáh sebagai semua perbuatan yang dilakukan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para shahabatnya.

Para Ulama Fiqhi mengklasifikasin bidáh pada dua kategori, ada yang dinamakanbi’dah hasanah, atau bahasa lainnya mahmudah, ada juga yang disebut bi’dahsayyi’ah atau mazmuumah. Kemudian Ulama Fiqih kembali memberikan batasan Bidáh hasanah adalah semua perbuatan baru atau tambahan yang selaras dengan ajaran dasar syaríah dan tidak bertentangan dengan garis-garis yang telah ditentukan oleh agama. Bidáh sayyi’ ah adalah sebaliknya, perbuatan perbuatan baru atau tambahan yang tidak selaras dengan ajaran dasar syariáh dan tentunya bertentangan dengan garis-garis yang telah ditentukan agama.

Sekarang Penulis mengajak para hadirin dan hadiraat untuk bersama-sama mencoba mengklaim apakah Yasinan termasuk pada kategori pertama atau yang kedua dengan menggunakan standar manfaat atauh ihtisaan, dan barometer pengaplikasian Yasinan dengan merujuk pada beberapa pointers berikut :

Pointer Positives/hasanah atau mahmudah
-      membaca Al-Qurán berpahala dan merupakan ibadah dan Yasin merupakan salah satu surah dalam Al-Qurán
-      Yasinan merupakan sarana atau media untuk saling share, saling mengingatkan satu dengan yang lain akan kebaikan
-      Yasinan dapat menciptakan kebersamaan dan mempererat silaturrahim.

Pointer Negative/sayyi’ah atau mazmuumah
-      Yasinan secara berjamaáh tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah olehnya itu Yasinan semacam ini termasuk bidáh
-      Kebanyakan orang yang hadir untuk Yasinan hanya untuk hal lain seperti memenuhi kebutuhan perut atau karena dinas sehingga unsur ibadah dalam yasinan tersebut cenderung tidak ada, bahkan dapat memunculkan sifat ria dan mempersekutukan Allah.
-      Yasinan berpotensi sebagai media gossip dan sarana ghibah dan namimah

dari beberapa pointers diatas, baik pointer hasanah maupun sayyi’ah menurut hemat penulis, kita dapat memposisikan bidáh pada dua kategori hukum syar’i, yang pertama Yasinan dapat menjadi hasanah ketika pointers positive teraplikasi dalam Yasinan tersebut, dan boleh jadi hokum Yasinan tidak boleh ketika terkontaminasi dengan pointers negative. Nah bagaimana menciptakan Yasinan menjadi Hasanah atau mahmuudah itu sangat tergantung pada iklim jamaáh dan personal masing-masing.

KEDUA : Yasinan Secara berjamáh
Ritual atau tradisi Yasinan yang kita lakukan sekarang ini di Wisma Duta dan yang dilakukan ummat islam khususnya di Indonesia dapat dikategorikan sebagai salah satu syiar agama, dalam hal ini ritual semacam ini tidak dapat dipisahkan dari perkembangan dan kebudayaan islam, ia merupakan khazana yang perlu dipertahankan.

Megadakan tradisi semacam ini, akan lebih menumbuhkembangkan spirit kebersamaan, keakraban, dan saling mengatahui pribadian satu dengan yang lain yang kesemuanya bermuara pada asas silaturrahim, apatalagi dalam zona KBRI Addis Ababa yang kwantitas WNI nya sangat terbatas, silaturrahim jangan pernah terputus diantara kita, bahkan status jabatan kadang kita harus kesampingan demi mewujudkan keutuhan silaturrahim.

Al-Qurán sangat menganjurkan terjalinnya silaturrahim antara kita, bahkan Q.S. Annisa pada penggalan ayat satu, Allah menempatkan perintah untuk tetap menjaga terjalinnya silaturrahim setelah perintah bertaqwah kepada-Nya.
Allah berfirman :
dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Dalam tinjuan linguistic penempatan perintah untuk tidak memelihara silaturrahim setelah perintah bertaqwah kepada Allah menjadikan posisi perintah tersebut sangat prinsipil dan urgent untuk dilaksanakan, bahkan dalam beberapa penjelasan mengenai pemutusan silaturrahim Rasulullah  memberikan warning kepada kita semua bahwa batas maksimal seseorang tidak bertegursapa karena benci adalah tiga hari, lebih dari itu keduanya dapat digolongkan sebagai orang kafir.

KETIGA : Rahasia dan manfaat Yasinan
Keutamaan Surah Yasin sebagai jantung Al-Qurán menjadikan surah ini sering dibaca bahkan sering digunakan sebagai bacaan atau jampi untuk menyembukan orang sakit, atau untuk mengusir hantu atau syetan.

Secara umum para Ulama Tafsir sepakat mengatakan bahwa Al-Qurán diturunkan bukan untuk saintis, bukan sebagai bacaan untuk menyembuhkan orang sakit, atau mengusir hantu atau syetan, akan tetapi Al-Qurán merupakan kitab pedoman yang berisikan ajaran atau kode etik bagaimana menjalani hidup di dunia, setiap huruf, kata, kalimat, ayat, dan setiap surah dari Al-Qurán merupakan mukjizat sepanjang zaman, dan bagi orang yang membacanya mendapatkan pahala atau award dari Allah.

Karena Al-Qurán adalah Mukjizat sepanjang zaman, tentunya setiap dari Al-Qurán itu dapat melahirkan hal-hal yang supranatural, atau diluar kebiasaan manusia/adat atau melampaui hukum sebab akibat. Membacakan Yasin misalkan dapat menyembuhkan orang sakit, atau memulihkan kembali orang yang kesurupan pada kaadaan normal, itu bisa saja terjadi, atau misalkan membaca surah Yasin dengan tendensi tertentu, seperti ingin dikabulkan hajatnya, atau ingin kemenangan dalam peperangan dsb…itu sah-sah saja dengan catatan tidak mengangkap Yasin sebagai penyembuh, pengabul doa, akan selah satu media atau saluran yang paling bersih, jernih yang menjadi penyebab diijabahnya doá kita.

Terakhir…
Berikut ini Penulis share amalan mengenai surah
Yasin kepada majlis sesuai dengan anjuran salafusshaleh dan orang-orang Thariqah sebagai berikut :

  1. Hendaknya membaca Surah Yasin setiap selesai Shalat Subuh sebanyak 4 kali dan mengulangi lafadz Yasin sebanyak 7 kali dari setiap bacaan.
  2. Ketika sampai pada kalimat ذلك تقدير العزيز الحكيم  hendaknya diulangi sebanyak 14 kali
  3. Ketika sampai pada kalimat سلام قولا من رب رحيم  ulangi sebanyak 36 kali
  4. Ketika sampai pada kalimat  بلى وهو الخلاق العليم  ulangi sebanyak 73 kali
  5. Kemudian membaca Surah Al-Fatihah yang dilanjutkan dengan bacaan Bismillah sebanyak 11 kali
  6. Bedoálah untuk kebaikan yang diinginkan insyallah diijabah.


Hal yang paling penting adalah melakukannya secara terus menerus, menghindari hal-hal yang haram terutama makanan, memperbanyak puasa, dan sedikit makan, menurut seorang ahli Thariqah insya Allah akan datang dalam tidur seorang Khaddaam (baik dari golongan jin muslim maupun dari golongan malaikat) yang akan mengajarkan rahasia-rahasia Allah. Wallahu A’lam Bisshawaab.

Selamat mencoba dan semoga bermanfaat insya Allah.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

A.  Aidid
Home Addis Ababa
November 29, 2010

Note :
disampaikan pada Yasinan Wisma Duta

Friday, October 29, 2010

PEKA TERHADAP FENOMENA ALAM


BIASAKAN DIRI ANDA    : Peka Terhadap Fenomena Alam
Sub Title                               : Rahasia Dibalik Gempa

Alam adalah Ayat Allah yang tercipta, sementara Al-Qur’an adalah Ayat Allah yang tertulis, kedua-duanya merupakan senyawa yang tak dapat dipisahkan, Alam dapat dibaca dengan hipotesa dan phenomena-penomenanya, dan Al-Qur’an dapat dikaji baik dari segi historis dan linguistic, alam adalah konteks dan Al-Qur’an adalah teks.

Dalam Al-Qur’an disebutkan kata “Bahr/البحر” dan segala bentuknya baik plural maupun singular  yang berarti laut berulang sebanyak 71 kali, sementara kata  bar/البر  yang berarti  darat berulang sebanyak 29 kali, ternyata merupakan persentasi lautan dan daratan yang ditemukan oleh para ilmuan pada abad 20 bahwsanya laut lebih luas daripada daratan, laut 79 persen dan darat 21 persen.

Kata Al-Zilzaal/زلزال yang berarti gempa dalam Al-Qur’an berulang sebanyak 6 kali, sedang kata             Al-Hattham/الحطام yang berarti kehancuran berulang sebanyak enam kali.

Ketika mendengarkan gempa, penulis teringat salah satu surah Al-Qur’an yang menjadikan Gempa sebagai title of chapter  yaitu surah Al-Zalzalah (سورة الزلزلة ), dari Ayat satu sampai empat  mengilustrasikan bagaimana kondisi alam dan manusia ketika terjadi gempa.

#sŒÎ) ÏMs9Ìø9ã ÞÚöF{$# $olm;#tø9Î ÇÊÈ   ÏMy_t÷zr&ur ÞÚöF{$# $ygs9$s)øOr& ÇËÈ   tA$s%ur ß`»|¡RM}$# $tB $olm; ÇÌÈ   7Í´tBöqtƒ ß^ÏdptéB $ydu$t7÷zr& ÇÍÈ  

1. apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
2. dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
3. dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
4. pada hari itu bumi menceritakan beritanya,



Pada umumnya ulama tafsir mengatakan bahwa surah tersebut diatas mengilustrasikan kepada kita bagaimana ketika terjadinya hari kiamat, akan tetapi sebagian ulama tafsir kontemporer mengatakan bahwa surah tersebut diatas tidak saja terpaku pada pengilustrasian hari kiamat, akan tetapi merupakan kilas balik bagaimana kondisi alam dan manusia ketika terjadi gempa.

Selain kata-kata Zilzaal dengan segala bentuknya, ada beberapa ayat yang mempunyai konotasi sama dengan surah tersebut diatas, diantaranya :

01.   Q.S. Al-Waqi’ah: 1-6

#sŒÎ) ÏMyès%ur èpyèÏ%#uqø9$# ÇÊÈ   }§øŠs9 $pkÉJyèø%uqÏ9 îpt/ÏŒ%x. ÇËÈ   ×pŸÒÏù%s{ îpyèÏù#§ ÇÌÈ   #sŒÎ) ÏM§_â ÞÚöF{$# %w`u ÇÍÈ   ÏM¡¡ç0ur ãA$t6Éfø9$# $r¡o0 ÇÎÈ   ôMtR%s3sù [ä!$t6yd $}Wu;/ZB ÇÏÈ  

1. apabila terjadi hari kiamat,
2. tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.
3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),
4. apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,
5. dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,
6. Maka jadilah ia debu yang beterbangan,

02.   Q.S. Al-Insyiqaaq : 3-4

#sŒÎ)ur ÞÚöF{$# ôN£ãB ÇÌÈ   ôMs)ø9r&ur $tB $pkŽÏù ôM¯=sƒrBur ÇÍÈ  
3. dan apabila bumi diratakan,
4. dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong,

03.   Q.S. Al-Fajr : 21

Hxx. #sŒÎ) ÏM©.ߊ ÙßöF{$# %y.yŠ %y.yŠ ÇËÊÈ  
21. jangan (berbuat demikian). apabila bumi digoncangkan berturut-turut,


04.   Q.S. Al-‘Adiyaat : 9

* Ÿxsùr& ãNn=÷ètƒ #sŒÎ) uŽÏY÷èç/ $tB Îû Íqç7à)ø9$# ÇÒÈ  
9. Maka Apakah Dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,


05.   Q.S. Al-Infithaar : 3-4

#sŒÎ)ur â$ysÎ7ø9$# ôNtÉdfèù ÇÌÈ   #sŒÎ)ur âqç7à)ø9$# ôNuŽÏY÷èç/ ÇÍÈ  
3. dan apabila lautan menjadikan meluap,
4. dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,


06.   Q.S. Qaaf : 44

tPöqtƒ ÚY¤)t±n@ ÞÚöF{$# öNåk÷]tã %Yæ#uŽÅ  4 y7Ï9ºsŒ îŽô³ym $uZøŠn=tã ׎Å¡o ÇÍÍÈ  
44. (yaitu) pada hari bumi terbelah-belah Menampakkan mereka (lalu mereka ke luar) dengan cepat. yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi kami.


07.   Q.S. Al-Haaqah : 14

ÏMn=ÏHäqur ÞÚöF{$# ãA$t7Ågø:$#ur $tG©.ßsù Zp©.yŠ ZoyÏnºur ÇÊÍÈ  
14. dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur.

08.    Q.S. Al-Muzammil : 14
tPöqtƒ ß#ã_ös? ÞÚöF{$# ãA$t7Ågø:$#ur ÏMtR%x.ur ãA$t6Ågø:$# $Y6ÏVx. ¸xŠÎg¨B ÇÊÍÈ  

14. pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang berterbangan.


Dari beberapa surah tersebut diatas semua bercerita tentang kejadian maha dahsyat, Abdul Jabbar Syaraarah, seorang pakar lingusitik mengatakan dalam tulisannya (الحروف المقطعة فى القرآن الكريم – Hurufs el Muqatta’ah dalam Al-Qur’an - ) bahwa dalam dialek arab kuno, huruf merupakan sebuah ideogra/pictograph  atau symbol, paling tidak setiap dari ideogra itu mempunyai muatan makna , dalam hal ini beliau memberikan sebuah contoh huruf  (ذ) Dzal merupakan symbol kekuatan atau kedahsyatan, ketika seseorang mengatakan ذ- سموى  - itu berarti kekuatan langit,  huruf (ق) Qaaf berarti  قف – berhenti atau berdiri-, huruf (ن) berarti الدواة  -Obat -, huruf (س) sin berarti bulan, dan huruf (أل) berarti Al-Rab.

Beliau menambahkan bahwa bisa jadi huruf (ذ) merupakan padanan huruf (إذا) yang mengindikasikan terjadinya sesuatu hal yang maha dahsyat dan betul-betul akan terjadi, sebagaimana kita perhatikan setiap surah yang bercerita tentang kejadian yang maha dahsyat, akan dimulai dengan huruf إذا .

Kembali pada surah Al-Zalzalah yang dimulai dengan huruf  إذا , juga berilustrasi tentang sebuah kejadian atau phenomena  alam  maha dahsyat, ada baiknya kita teliti ayat demi ayat surah al-zalzalah sebagai berikut :

1. apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),

Kata digoncangkan yang berbentuk kata kerja transitif  mempunyai varian konotasi tentang banyaknya penyebab goncangan tersebut, dan kata زلزالها  -goncangan yang dahsyat-  menurut terjemahan versi department agama, kalau boleh penulis tambahkan kata زلزالها  bisa berarti goncangan-nya, dalam artian bumi pada dasar mempunyai goncangan, hanya saja goncangan itu akan berbeda pada level atau magnitude tertentu.

Al-Qur’an sangat memperhatikan akurasi bahasa dalam mengungkapkan atau mengilustrasikan suatu peristiwa, baik itu sudah terjadi, sedang terjadi ataupun peritiwa yang belum terjadi, dalam hal gempa Al-Qur’an mempunyai ukuran tersendiri dengan memakai stadar penggunaan ideogra ( ذ ) (Penafsiran dengan menggunakan metodhe الإعجاز العددى  ) yang bisa jadi sama seperti standar ukuran yang digunakan dunia sekarang ini yaitu standar yang populerkan oleh seorang volkanis italia Giuseppe Mercalli (Mercalli Intensity Scale)pada tahun  1884 dan 1906. Dan standar yang digunakan oleh Charles F. Richter (the magnitude Richter Scale).

الزلزالــــ                  : 1-5  derajat
الإنفطار                   : 6-7 derajat         
الانشقـاق                  : 8-10 derajat
الواقعة                     : 11 – 16 derajat
التكوير                     : 17 – 19 derajat

Syaikh Jauhari Thantawi banyak menerangkan dalam tafsirnya tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan gempas dan volkanos, adapun intentistas pergerakan bumi yang mendahului gempa, telah dirinci dalam Al-Qur’an sebelum ditemukan dengan tekhnologi modern, Al-Qur’an memberikan kita gambaran tentang intensitas bumi menjelang hari kiamat sebagai berikut :

Q.S. Al-Waqi’ah
Ayat 3 : ((خافضة رافعة  : merupakan persentasi gerakan atau goncangan lempengan bumi yang turun naik, yang kemudian Department agama menerjemahkannya dengan

(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), -perlu dikoreksi terjemahan depag J

Ayat 4 : إذا رجت الأرض رجا : Gerakan pada level atas bumi secara merata
Terjemahan Depag : 4. apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, (Juga masih perlu dikoreksi)


Q.S. AL-Insyiqaaq
Ayat 04 :وألقت فيها وتخلت  : Gempa yang berbarengan dengan volcano

Q.S. Al-Zalzalah
Ayat 02 : وأخرجت الأرض أثقالها : semua kandungan bumi dikeluarkan



2. dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,

Para ahli tafsir –mufassir- dahulu menafsirkan bahwa yang dimaksud ayat diatas adalah hari kebangkitan, dalam artian bahwa orang-orang yang dikubur akan dibangkitkan, bahkan dalam sebuah mitos terjadinya gempa itu disebabkan oleh seekor ikan besar yang menggerakan bumi ini (bisa dilihat dalam tafsir ibnu katsir). Perkembangan iptek sangat membantu para mufassir untuk menerjemahkan atau menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, bumi mengeluarkan beban berat yang dikandungnya, artinya bumi mempunyai kandugan volcano, kandungan gas, minyak dan lain-lain sebagainya, dan pada saat terjadi zilzaal –gempa- semua kandungan akan dikeluarkan.

Sebelum mengakhiri tulisan ini, penulis teringat sebuah hadits Rasulullah mengenai tanda-tanda hari kiamat, dalam potongan hadits yang maknanya “salah satu tanda hari kiamat adalah keluarnya api dari Yaman.” Hadits ini sedikit memberikan sebuah ilustrasi kepada penulis bahwa kata-kata api akan keluar dari Yaman itu bisa berindikasi pada وألقت فيها وتخلت  ( gempa yang berbarengan dengan volcano), walaupun secara histografi Yaman tidak termasuk Negara langganan gempa karena jauh dari lempengan tektonik dunia, namun menurut seorang geologis bahwa setiap hari lempengan tektonik itu bertambah mendorong penulis berasumsi bahwa boleh jadi maksud dari hadits tersebut adalah terjadinya gempa yang berbarengan dengan volcano.

Terakhir…
Gempa yang berskala al-infithaar (6-7) saja bisa membuat negeri kita tercinta berkata مـــالها...؟ mengapa bumi kita tercinta ini begini..? apatalagi gempa yang berskala Al-Takwir/doomsday.… semoga saja bumi kita tercinta Indonesia dijauhkan dari gempa sebagai gejala alam, maupun gempa terror, gempa korupsi, gempa kesombongan kepada Allah, gempa keingkaran, kemaksiatan, kedzaliman dan gempa-gempa lainnya, karena bisa jadi gempa-gempa tersebut menjadi pemicu terjadi gempa sebagai gejala alam. Wallahu A’lam we A’lam.

A.Aidid
Addis Ababa, Last Friday of October 2010

Taro ki ada-ada

HTML Comment Box is loading comments...

Followers