Saturday, March 12, 2011

PAHAM “AMMERE” ANTARA AGAMA DAN DOKTRIN

PAHAM “AMMERE” ANTARA AGAMA DAN DOKTRIN
Sebuah Analisa : A. Aidid Perspektif


Bismillahirrahmanirrahim
Ilahy..Shalli wa Sallim wa Barik Ála Sayyidy Muhammad, Sayyidul Anbiyai wal Mursalien


Pertama Penulis memohon perlindungan Allah s.w.t dari hembusan syetan ke pemikiran Penulis, dari analisa-analisa penulis yang jauh dari Ridho Allah. Semoga dengan tulisan ini dapat me-Refresh dan memberi istinary –pencerahan- terhadap keyakinan Komunitas Aidid perihal “AMMERE” dan juga merupakan sebuah jawaban atau mungkin sebuah langkah awal untuk lebih jauh menganalisa status hukum terhadap apa yang selama ini kita jalankan, dan ajarkan kepada anak cucu kita.

Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya Penulis mencoba memberikan pengertian apa yang dimaksud dengan “AMMERE”. Dalam ritual keagamaan yang dipraktekan oleh sebagian besar komunitas Aidid, bahkan mungkin terjadi pada beberapa PAM dari Jamaát Khadramaut-Yaman, AMMERE adalahal-taghrib -pengasingan atau pembuangan (pemutusan pertalian darah/قطع الرحم) kepada seorang perempuan Aidid yang menikah dengan laki-laki lain yang bukan dari komunitas Aidid.

Kalau berpikir serampangan, Penulis bahkan mungkin pembaca akan mengatakan bahwa praktek ritual keagamaan semacam ini adalah sebuah diskriminasi terhadap perempuan-perempuan Aidid, tapi penulis tidak ingin terjebak dalam persepsi seperti di atas tanpa harus menggali dan menganalisa sebab munculnya istilah AMMERE tersebut, karena sepanjang pembacaan Penulis tidak pernah menemukan sebuah dalil sharih atau Qatíyah  baik dari Al-Qurán maupun Hadits yang menjadi landasan hukum praktek ammere, akan tetapi Penulis temukan hukum tersebut sebagai wasiat orang tua, dan dari sebuah rialitas kehidupan komunitas Aidid.

Point pertama yang mungkin menjadi stressing Penulis dalam menyikapi keyakinan atau “doktrin”ammere adalah sebuah pertanyaan yang mengganjal dalam setiap pikiran seorang Aidid “kenapa seorang perempuan Aidid (Syarifah, Sayyidah atau Habibah) tidak boleh menikah dengan  laki-laki yang bukan Aidid (Syarif, Sayyid, atau Habib).

Untuk menjawab keganjalan ini, perlu adanya pendisklasfikasian antara agama dan doktrin secara konfrehensif. Memisahkan antara mana yang dinamakan agama, dan mana yang pengatasnamaan agama serta mana yang sifatnya doktrin, disamping itu perlu menetralisir pemahaman atau keyakinan sebagian Aidid perihal pemisahan antara umat Rasulullah dan Itraturrassul –Cucu dan cicit Banginda Rasulullah-.

“Ammere” sepanjangan pembacaan Penulis sampai saat sekarang ini, tidak terdapat dalam literature utama umat islam dalil-dalil sharih atau Qatíyah yang menyinggung masalah tersebut, dalam artian Penulis “beranggapan” bahwa hal tersebut tidak lebih dari sebuah “doktrin” pendahulu-pendahulu komunitas Aidid, namun apa alasan pendahulu-pendahulu Aidid mendoktrin generasi selanjutnya perihal ammere adalah satu hal yang menarik kita kaji.

Kaitannya dengan doktrin Ammere Penulis akan memaparkan dua tinjuan perspektif hukum yang berkisar pada tataran teks dan konteks (النص والواقع). Pada tataran teks atau nash ada sebuah Hadits yang menarik kita kaji bersama yang boleh jadi sebagai landasan berpikir pendahulu-pendahulu Aidid perihal Ammere sebagai berikut :

كل نسب وسبب مقطوع يوم القيامة إلا نسبى وسببي (الحديث رواه الطبرانى)

Semua Nasab dan Sebab terputus pada hari kiamat kecuali Nasab dan Sebabku.

Penjelasan Hadits :
Hadits tersebut diatas menjadi polemik para pakar hadits mengenai status Shahi, Hasan, atau Dhaef, sebagian besar ulama hadits sekaliber Albani menganggapnya sebagai hadits shahi, bahkan dalam kita السنة للخلال halaman 432 tercantum dengan lafal yang berbeda (كل صهر ونسب ينقطع إلا صهرى ونسب), dan juga hadits tersebut termaktub dalam kitab صحيح الجامع   dengan predikat Shahi. Dan sebagian pakar Hadits menganggapnya Lemah/ضعيف karena adanya النكارة / keganjilan atau keragu-raguan dari segi matan –kandungan- Hadits.

Dari analisa Penulis bahwa bisa jadi Hadits ini dijadikan oleh kalangan pendahulu Aidid sebagai landasan tentang hukum Ammere, untuk menjaga keterputusan darah keturunan Rasulullah, dalam hal ini implementasi hukum Ammere adalah salah satu bentuk fisik pemaknaan dari hadits tersebut diatas.

Yang kedua adalah pada tataran konteks, dapat dipastikan bahwa setiap golongan Al-Asyraf atauAl-Saadah di belahan bumi manapun, baik itu di Negara Arab, Asia, Afrika maupun eropa, memberlakukan hukum tersebut diatas, hanya saja berbeda pada penerapannya, sebagian mereka menganggapnya bukan sebagai suatu kemutlakan dan sebagian lainnya menganggapnya sebagai suatu keharusan.

Kembali pada pokok masalah kenapa sebagaian besar komunitas Aidid terlalu ekstrim memberlakukan hukum ammere sebagai suatu kemutlakan, adalah merupakan sebuah tindakan preventive discriminative yang status dan landasan hukumnya masih menjadi perseteruan antara ulama fighi dan kaum Al-Asyraaf dan Al-Saadah. Berikut ini Penulis memberikan beberapa dalil dan hujjah sebagai suatu compare atau bahan pertimbangan dengan keyakinan kaum Aidid selama ini.

Pertama :
Mengenai Hadits Riwayat Imam Tabrany diatas secara umum tidak mengilustrasikan tentang haramnya menikah kaum Al-Asraaf dengan bukan Al-Asraaf.. dan hadits itu juga sarat dengan varian makna, dan apa yang telah menjadi pemaknaan hadits oleh komunitas Aidid selama ini hanya berupa tafsiran, bukan sebuah kemutlakan. Karena sifatnya tafsiran Hadits, bisa jadi tepat dan bisa jadi meleset dari apa yang di maksudkan oleh Rasulullah.

Kedua :
Para pakar fighi berbeda paham mengenai boleh tidaknya golongan Asraaf menikah dengan yang bukan Asyraaf, Aidid dengan yang bukan Aidid, sebagaian besar mereka berpendapat bahwa hal tersebut bukan merupakan sebuah syarat dalam pernikahan, Rasulullah s.a.w. menikahkan Zaenab binti  Jahsy Al-Qarsyi dengan Budak beliau Zaid bin Harits, Sayyidna Ali menikahkan putri Beliau Umm Kaltsum Binti Fatimah Alzahra dengan Umar r.a.

Ketiga :
Pada point ini Penulis akan memaparkan beberapa pendapat golongan Al-Asyraaf mengenai status hokum boleh tidaknya kaum asraaf menikah dengan yang bukan al-asyraaf.

  1. Dr. Ahmad Tayyib (Grand Syeikh Al-Azhar Mesir)

Beliau adalah salah seorang pembesar Al-Asyraf di Mesir mengatakan bahwa hal tersebut merupakan sebuah tradisi yang tidak terpuji, dan beliau mengajak pemerintah Mesir untuk menyelesaikan persoalan persoalan social kemasyarakatan khususnya golongan Al-Asyraaf Shaidy  yang menolak anak perempuannya menikah dengan laki-laki yang bukan dari golongan Al-Asraaf.

Beliau menambahkan bahwa saya telah menikahkan putrid saya dengan seorang yang mempunyai Akhlak yang mulia sesuai dengan anjuran Rasulullah yang bukan dari golongan Asyraaf .

2. Dr. Ahmad Omar Hasyim (Ketua Komite Agama untuk masyarakat Mesir dan anggota dewan tinggi Pengawasan Al-Asyraaf)

Beliau mengatakan bahwa tidak mengapa pernikahan antara Perempuan Al-Asyraf dengan yang bukan Al-Asyraaf dengan catatan ridho, suka satu sama lain, dengan dalil bahwasanya Rasulullah menikahkan Putrinya yang bukan dari golongan Asyraaf, dan Ali k.w. menikahkan Putrinya dengan Omar r.a.

Demikian Penulis sampaikan, dan tulisan ini tak lebih dari sebuah analisa yang tentunya tak luput dari kesalahan. Semoga bermanfaat insya Allah

Wassalam
A. Aidid
Addis Ababa, 18 May 2011

or:� ! 3 3 0 �/1 bu Abdullah a.s. berkata : kemunculan Al-Qaim akan ditandai dengan ketidakseimbangan geology bumi yang menyebabkan kerusakan pada buah-buahan dan madu akan terasa pahit, maka janganlah kalian ragu terhadap kedatannya. (Biharul Anwar 52/214)




وعن سعيد بن جبير قال: إن السنة التي يقوم فيها القائم المهدي ، تمطر الأرض أربعاً وعشرين مطره ترى آثارها وبركتها إن شاء الله... (بحار الأنوار 52/212)



Dari Said bin Jubair berkata : Tahun kedatangan Al-Qaim Al Mahdi, akan turun hujan 24 macamnya dampak dan berkahnya akan tampak Insya Allah. (Biharul Anwar 52/212)



Kebenaran absolut hanya disisi Allah, manusia hanya mencoba dan meraba dengan indra dan wahyu Allah, tulisan ini tak lain sekedar mengingatkan Penulis atau mungkin pembaca untuk selalu siap welcome terhadap kedantangan sang Imam, karena kerancuan akal manusia telah menyamarkan kebenaran yang hakiki, yang benar dianggap salah dan salah malahan dianggap sebagai suatu kebenaran mutlak, dan hal tersebut menjadi pendorong kedatangn beliau.
Wallahu Á’lam wa Á’lam

Addis Ababa, March 12, 2011 (Pukul 01:58)
A. Aidid




“TSUNAMI DALAM SOROTAN”
(Sebuah Refleksi Paskah kedatangan Mahdi)

Inna Lillahi wa Inna Ilaehi Raajiún…..
Tsunami…Sepertinya telah menjadi jargon atau bahkan momok yang akan menghancurkan dan memporak-porandakan ensensial the universe and Human Species, bagaimana tidak bangsa arab belum lagi pulih dari Tsunami politik, kini Jepang di hantam dengan 8.9 Scale Richter, 1000 jiwa lebih telah mendahului kita… bahkan wikileaks pun juga menjadi sebuah Tsunami bagi SBY dan TK dengan Headline the age (Australian) tentang “Yudhoyono Abused Power”. -Kutipan dari Wikileaks- 
(Source:http://yusril.ihzamahendra.com/2011/03/11/headline-the-age-australia-yudhoyono-abused-power/ ).

Jargon Tsunami berasal dari bahasa jepang yang terdiri dari dua suku kata yaitu; Tsu yang berarti Pelabuhan dan Nami adalah gelombang (Tsunami=Gelombang laut), hingga Tsunami menjadi sebuah terminology untuk sebuah action, baik yang bersifat natural maupun majazi atau kiasan.

Tsunami Politik yang telah melanda Tunis, Cairo, Yaman dan Libya adalah sebuah revolusi Arab, para penulis arab mencoba membatasi penggunaan istilah الثورات/revolusi-revolusi (dalam bentuk plural) dan mengajak untuk menggunakan istilah الثورة/revolusi dalam bentuk tunggal.

Ada yang menarik kita bahas tentang perjalanan revolusi arab ini, dalam hal ini President Egypt Muhammad Hosni Mubarak (محمد حسنى مبارك), sebuah buku yang memuat information about the future yang berjudul ماذا قال علي عن آخر الزمان  -apa yang dikatakan ali tentang akhir zaman- yang disusun oleh Al-Sayyid Ali Ásyur yang diterbitkan di Beirut, Libanon 2008. dari salah satu manuskrip Sayyidina Áli   الجفر الأعظم .

Pada dasarnya buku yang setebal 520 halaman ini ingin menjelaskan ciri-ciri kedatangan Imam Mahdi dengan merujuk pada manuskrip Imam Áli tentang Akhir zaman.

تكون بيوت العرب قبل المهدى غرفا ممزقة، والملابس مهنكة يتكلمون فى وقت واحد، يكذب فيهم الكذاب، ويخون الخائن ويؤتمن ربيب النساء، ورأس كبير تتردد راؤه فى كل مكان، ولا يمكث فوق الأرض، يطير كالطير، ولا يرسو فى بر، فى عهد وهدنة وليس ليهودى عهود، زمانه أمر المسجد الأقصى يشتد، وتكسر الجبال أحجارا، تدخلو دور اللصوص كما تنبأ عيسى ابن مريم، وتكون القدس نارا، (صاحب مصر علامة العلامات وآيته عجب لها أمارات، قلبه حسن ورأسه محمد ويغير الإسم الجد، إن خرج فاعلم أن المهدى سيطرق أبوابكم، فقبل أن يقرعها طيرو إليه فى قباب السحاب أوائتوه زحفا وحبوا على الثلج ( ص. 7)

Rumah-rumah orang arab sebelum kedatangan Imam Mahdi seperti kamar-kamar yang hancur, pakaian akan terbuka dan mereka akan berbicara pada waktu yang sama, orang-orang pendusta diantara mereka akan berbohong, dan penghianat juga akan menghianiati dan mempercayai delegasi atau pemimpin perempuan, pemimpin tertinggi mereka selalu merasa takut di setiap tempat, tidak berada di bumi, terbang seperti burung dan tidak berada di daratan, pada saat itu adalah zaman perjanjian damai dan gencatan senjata,  akan tetapi tidak ada perjanjian damai lagi bagi yahudi, pada saat itu konflik Masjidil Al-Aqsa semakin intensif, gunung-gunung akan memecahkan batu-batunya, pada saat itu para pencuri mengambil kesempatan sebagaimana yang disabdakan oleh Isa anaknya Maryam, dan Al-Quds akan jadi kobaran api.
(penguasa Mesir merupakan tanda-tanda yang paling ta’jub, pertengahannya hasan, dan kepalanya Muhammad dan dia menggati nama kakeknya, jika penguasa tersebut keluar, maka ketahuilah Imam Mahdi akan mengetuk pintu-pintu kalian,  maka sebelum Imam Mahdi menggedor pintu-pintumu terbanglah kepadanya, atau datanglah kepadanya walaupun dalam keadaan merangkak diatas es.  (Hal. 7)

Berikut penulis akan memberikan beberapa komentar tentang paragrap Manuskrip Imam Áli dalam kitab ماذا قال على عن آخر الزمان   tersebut diatas.

  1. Rumah-rumah orang arab sebelum kedatangan Imam Mahdi hancur berantakan atau porak-poranda.

Bisa jadi yang dimaksud Imam Áli rumah-rumah diatas adalah Negara-negara Arab seperti Tunis, Mesir, Emirat, Yaman, Libya dan Negara-negara arab lainnya akan hancur berantakan

  1. Pakaian akan terbuka dan mereka akan berbicara pada waktu yang sama.

Kemungkinan yang dimaksud dari nash diatas adalah tirai antara pemerintah dan rakyatnya yaitu diam,  tembok diam yang selama ini kuat, kini terkuak dan melahirkan kesatuan suara menentang diktator yang kemudian disebut sebagai revolusi Arab.

  1. Akan tetapi tidak ada lagi perjanjian damai dengan pihak Israil, pada saat itu konflik Masjidil Al-Aqsa semakin intensif, gunung-gunung akan memecahkan batu-batunya, pada saat itu para pencuri mengambil kesempatan sebagaimana yang disabdakan oleh Isa anaknya Maryam, dan Al-Quds akan jadi kobaran api.

Setelah tumbangnya rezim Mubarak, Israel semakin kwatir akan tidak terwujudnya janji perdamaian yang pernah ada antara Mubarak dengan Israel, apatalagi dengan ditemukan arsip rahasia yang dikenal dengan arsip perang 73 antara Israel dan Mesir. (baca: http://www.aljazeera.net/NR/exeres/31445758-4EBF-4F31-8A7A-63FC5AF6194C.htm )

Gunung-gunung akan memecahkan batu-batunya adalah perluasan wilayah Israel dalam hal ini pembangunan real estate yahudi /اللإستيطان  dengan menghancurkan gunung-gunung wilayah Palestina.

Al-Quds akan jadi kobaran api : Pada gilirannya akan terjadi Perang dahsyat di Israel

  1. (penguasa Mesir merupakan tanda-tanda yang paling ta’jub, pertengahannya hasan, dan kepalanya Muhammad dan dia menggati nama kakeknya,

Kepalanya adalah Muhammad : artinya nama pemberian/given name penguasa tersebut adalah Muhammad, Pertengahannya hasan : (حسن), mungkin yang dimaksud adalah Husni, Husni diambil dari kata hasan, dan dia merobah nama kakeknya, nama kakek Presiden Husni mubarak sebenarnya adalah Al-Sayyid, tapi dia menggantinya dengan Mubarak. Nama lengkap (Muhammad Husni Al-Sayyid Mubarak)

Kalau saja apa yang terdapat dalam kitab tersebut diatas adalah benar adanya, maka idealnya kita sebagai muslim yang mempercayai kedantangan Mahdi, sudah harus siap dengan segala resikonya, dalam hal ini persiapan jiwa yang betul-betul matang untuk menerima apa yang akan disampaikan oleh sang Imam, karena era tersebut sebagaimana disinyalir oleh Baginda Rasulullah adalah era yang penuh dengan keadilan, dimana batas halam dan haram semakin jelas.

Al-Sayyid Áli Ásyura juga mengutip dari Manuskrip Sayyid Áli Karammallahu Wajhahu tentang perang yang terjadi di Ethiopia yang disulut dari peperang yang terjadi di Sudan, bahkan dalam buku tersebut juga memuat kesuksesan Amerika dan sungai Amazonnya. (Hal. 10 )

Sebelum mengakhiri tulisan ini, ada dua hal yang penulis ingin sampaikan sebagai landasan untuk membaca dan merenungkan tulisan ini sebagai berikut :

  1. Sayyidna Ali terkenal sebagai pintu ilmu  أنا مدينة العلم وعلى بابه – Rasulullah bersabda; saya adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya-, Beliau juga (Ali k.w.) sangat masyhur dengan informasi-informasinya tentang alam ghaib dan berita-berita masa depan. (قال سيدى على : سلونى فإن عندى علم الأولين والأخرين) Sayyidy Ali berkata : tanyalah kepadaku sesungguhnya saya mempunyai ilmu Al-Awwalien dan Al-Akhirien.
  2. Ada baiknya kita menyimak beberapa riwayat mengenai kedatangan sang Imam sebagai berikut :

فعن أبي عبد الله (عليه السلام) قال: (قدام القائم (عليه السلام) لسنة غيداقة يفسد فيها الثمار والتمر في النخل ، فلا تشكوا في ذلك)...(بحار الأنوار 52/214


Dari Abu Abdullah a.s. berkata : kemunculan Al-Qaim akan ditandai dengan ketidakseimbangan geology bumi yang menyebabkan kerusakan pada buah-buahan dan madu akan terasa pahit, maka janganlah kalian ragu terhadap kedatannya. (Biharul Anwar 52/214)




وعن سعيد بن جبير قال: إن السنة التي يقوم فيها القائم المهدي ، تمطر الأرض أربعاً وعشرين مطره ترى آثارها وبركتها إن شاء الله... (بحار الأنوار 52/212)



Dari Said bin Jubair berkata : Tahun kedatangan Al-Qaim Al Mahdi, akan turun hujan 24 macamnya dampak dan berkahnya akan tampak Insya Allah. (Biharul Anwar 52/212)



Kebenaran absolut hanya disisi Allah, manusia hanya mencoba dan meraba dengan indra dan wahyu Allah, tulisan ini tak lain sekedar mengingatkan Penulis atau mungkin pembaca untuk selalu siap welcome terhadap kedantangan sang Imam, karena kerancuan akal manusia telah menyamarkan kebenaran yang hakiki, yang benar dianggap salah dan salah malahan dianggap sebagai suatu kebenaran mutlak, dan hal tersebut menjadi pendorong kedatangn beliau.
Wallahu Á’lam wa Á’lam

Addis Ababa, March 12, 2011 (Pukul 01:58)
A. Aidid





Tuesday, March 8, 2011

IHSAN KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN LARANGAN MENDURHAKAI KEDUANYA


IHSAN KEPADA KEDUA ORANG TUA
 DAN LARANGAN MENDURHAKAI KEDUANYA
بسم الله الرحمن الرحيم
Ba’da al-tahmid wa al taslim
Penulis akan memberikan sebuah ilustrasi kenapa Allah  selalu menggandengkan atau mengurut perintah berbuat baik kepada kedua orang tua setelah ibadah kepada-Nya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa ada tiga perkara yang disebutkan dalam Al-Qur’an yang selalu berurutan :
1.       Perintah mentaati Allah untuk selanjutnya mentaati Rasulnya [وأطيعوا الله وأطيعوا الرسول]
2.       Perintah mendirikan Shalat untuk selanjutnya mengeluarkan zakat [ وأقيموا الصلوة وآتوا الزكاة]
3.       Perintah bersyukur kepada Allah untuk selanjutnya berterima kasih kepada kedua Orang tua.
[ان اشكرلى ولوالديك]
Al-Qur’an sangat memperhatikan pemilihan kata dalam Nudzum – dialek bahasa Al-Qur’an- seperti penggunana kata “dan” pada  ان اشكرلى ولوالديك –dan bersyukurlah kepada-KU dan dua orang ibu bapakmu, dalam arti lain, penggalah ayat tersebut diatas mempunyai varian konotasi diantaranya :
-          Mensyukuri Allah dan Kedua orang tua
-          Cara untuk mensyukuri Allah adalah mensyukuri orang tua
-          Seseorang tidak dapat dikatakan bersyukur kepada Allah tanpa bersyukur kepada kedua orang tuanya.
Pada kesempatan ini, kita akan membahas bersama mengenai birrul waalidaen [برالوالدين] berbuat baik kepada kedua orang tua. Ayat 14 pada surah lukman yang mengatakan bahwa :

  
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1]. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Perintah bersyukurlah kepada Allah dan kepada kedua orang tua mengindikasikan bahwa posisi orang tua sangatlah agung dan terhormat, karena Allah menempatkannya setelah perintah bersyukur kepada-Nya, dalam arti lain, seorang hambah tidak akan tahu bagaimana mensyukuri Allah selama ia tidak tahu mensyukuri kedua orang tuanya.
Al-Isra Ayat 23-24 juga memperkuat posisi orang tua di sisi Allah, bahwasanya andaikan tidak ada Allah yang disembah maka wajib hukumnya menyembah kepada kedua orang tua.



Allah berfirman :


23. dan Rab-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[2].
24. dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

Pada ayat ini Allah malah mensingkrongkan antara urusan ibadah atau penyembahan dengan ihsan atau berbuat baik kepada kedua orang tua, dan hal ini semakin menguatkan penekanan berbuat baik kepada keduanya, dengan kata lain, seseorang tidak akan pernah sempurna hubungan vertikalnya tanpa berbuat baik kepada kedua orang tuanya, se’abid apapun dia, seshaleh apapun dia kalau hubungan antara orang tua tidak layak,  maka ridhah Allah semakin menjauh darinya.
Rasulullah bersabda :
رضا الله فى رضا الوالدين وسخط الله فى سخط الوالدين
Artinya :
Ridho Allah itu tergantung pada ridho kedua orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka kedua orang tua.

Banyak Ayat-Ayat Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah yang menerangkan bagaimana penting berbakti atau berdharma kepada kedua orang tua,
Berikut ini Penulis memberikan beberapa perkataan atau perbuatan yang mengantarkan kita durhaka kepada orang tua :
01.  Melakukan suatu perkataan atau perbuatan yang memunculkan kesedihan dalam jiwanya.
02.  Mengatakan kata uff atau ah pada keduanya
03.  Membentak atau menghardiknya
04.  Bermuka masem atau cemberut kepada keduanya
05.  Bakhil terhadap keduanya
06.  Menyuruh orang tua
07.  Mencemarkan nama keduanya.
08.  Dll..

Sebelum mengakhiri tulisan ini ada baiknya kita mendengarkan sebuah kisah sbb :
Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau mengajarkan kepadanya kalimat syahadah: Lailaha illallah. Tetapi pemuda itu lisannya terkunci.
Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang ada di dekat kepalanya: Apakah pemuda ini punya ibu?
Ia menjawab: Ya, saya ibunya.

Rasulullah saw bertanya: Apakah kamu murka kepadanya?

Ibunya menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 haji (6 tahun).
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!

Ibunya menjawab: Saya meridhainya karena ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw mengajarkan kembali kepadanya kalimat: Lailaha illallah.
Pemuda itu sekarang dapat mengucapkan kalimat Lailaha illallah.
Rasulullah saw bertanya kepadanya: Apa yang kamu lihat tadi?
Pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya jahat, pakaiannya kotor, baunya busuk; ia mendekat kepadaku, dan marah padaku.
Kemudian Rasulullah saw membimbingnya membaca:

يَا مَنْ يَقْبَلُ الْيَسِيْرَ وَيَعْفُو عَنِ الْكَثِيْرِ اِقْبَلْ مِنِّى الْيَسِيْرَ، وَاعْفُ عَنِّي الْكَثِيْرَ اِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Lalu ia mengucapkannya.

Rasulullah saw bertanya lagi: Lihatlah sekarang apa yang kamu lihat?

Pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih dan indah, harum baunya, bagus pakaiannya; ia mendekat padaku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu menjauh dariku.
Rasulullah saw bersabda: Perhatikan lagi, ia pun memperhatikan. Kemudian beliau bertanya: Apa yang kamu lihat sekarang.
Pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku hanya melihat orang yang wajahnya putih, dan cahaya meliputi keadaan ini. [3]
                                                                                           
KBRI Addis Ababa
A.Aidid
Addis Ababa, 08 Maret 2011


-------------------------------------------------------------------------
NB. Dipresentasikan di Ruangan DWP KBRI Addis Ababa

Taro ki ada-ada

HTML Comment Box is loading comments...

Followers