Thursday, December 29, 2011

WALAU SESAAT BERSAMAMU WAHAI YANG MULIA MUHAMMAD

WALAU SESAAT BERSAMAMU WAHAI YANG MULIA MUHAMMAD

Kategori : Curhat
By          :  A. Aidid
 ===========================

Engkau Muhammad, Ahmad, Yasin, Engkau orang terpuji itu dalam kitab agama hindu Beha Pesiyaporana dan Engkau pula yang digelari Paraclete dalam taurat dan sebagai Nabi dan Rasul di Akhir zaman dalam sabda Masehi  -Injil Yahya, 16:12-17-.

Hari ini, Desember 29,2011 berada di kotamu dengan tatanan Islamic social society dari cikal bakal generasi anshar menjadikan pandangan mata dan hati sangat mengagumi setiap jerih upayamu, kekaguman ini tak terukur dengan kata-kata untuk melukiskan atau mengungkapkanmu.

Engkau Rasulullah, figurmu menjadi dambaan generasi dan era sekarang, kebanyakan pemimpin dunia lebih mengutamakan dunia dan mengenyampinkan  urusan ummat dan akhiratnya, nasehat-nasehat dalam bingkai hadits-haditsmu hanya menjadi lembaran tak bermakna dan mereka berusaha memberikan lebel dan standar tersendiri status halal dan haram dalam syariatmu menurut hawa nafsu mereka sendiri.

Muhammad, hari ini Penulis menemukan berbagi rahasi dan jutaan makna dibalik pemberian namamu, [Klick : Rahasia nama Muhammad dan Ahmad - http://www.sayaberitahu.com/2011/12/rahasia-tersembunyi-di-balik-nama.html?fb_comment_id=fbc_10150504561936385_20298831_10150506176266385#f24e6e856429a2a ], akan tetapi semuanya masih belum menggugah hati mereka tentang kebenaran yang Engkau sampaikan, ataukah mereka akan lebih senang  menjadi Azazil yang diusir Allah dari Jannah-Nya.

Ahmad, Engkau  adalah makhluk Cahaya pertama yang diciptakan sebelum jagad raya ini tercipta, sebagian mengenalmu di alam cahaya dan term ruhiyah, sebagian yang lain terpedaya, tertipu dan silau dengan pesona Azazil dalam bingkai kemajuan, kemodernan dan pergaulan bebas.

Muhammad, Ahmad, batas-batas yang pernah Engkau gariskan hampir terhapus karena kemalasan, ketidaktahuan, kesombongan dan kecongkakan generasi sekarang, dan Mahdi dari nasabmu yang Engkau pernah sinyalir untuk kembali memberi peringatan dan pencerahan juga belum kunjung datang, sementara Azazil dan sekutunya semakin melancarkan aksinya dalam setiap kesempatan dalam varian propaganda duniawi.

Wahai Sang Pencipta Ahmad dan pembuat scenario Muhammad, Allah ya Kariem…Penulis mohon kepada-Mu semoga dengan kunjungan spiritual ke makam dan masjid Beliau ini mampu membenahi, merehab kembali bagian bagian retak akan syariatmu dihati Penulis, memunculkan kembali, atau bahkan menambah sense belonging akan agama yang beliau pernah wasiatkan, berikanlah petunjuk kepada Istri dan anak-anak dan orang-orang yang ikut dalam rombongan ini. amin

Madinah Al-Munawwarah
Desember 29, 2011

Tuesday, November 29, 2011

YASINAN SEBAGAI MEDIA SILATURRAHIM


YASINAN SEBAGAI MEDIA SILATURRAHIM
Connect your Heart to the Allah and to the peoples

Yang Terhormat Bapak Duta Besar dan Ibu, Semoga dimuliakan Allah
Bapak-Bapak Home staff semoga senantiasa dalam Rahmat dan Rahim Allah
Serta saudara(i) yang berbahagia semoga kita semua selalu dalam maghfiratullah

Kepluralan aliran atau mazhab di Indonesia melahirkan beberapa persepsi bahwa YASINAN (baca : membaca Surah Yasin secara berjamaáh) merupakan bi’dáh dalam agama, dalam hal ini karena YASINAN adalah sebuah bi’dáh atau tambahan dalam agama ini, jamak orang-orang awam tidak mau ikut serta untuk YASINAN, bahkan sebagaian mereka (ekstrimis) menganggapnya sebagai perbuatan sia-sia dan melanggar sunnah Rasul.

Hubungannya dengan anggapan tersebut diatas ada beberapa points yang penulis akan mencoba jelaskan disini sebagai berikut :

01.  pengertian bidáh
02.  Yasinan secara berjamáh
03.  Rahasia dan Manfaat Yasinan

Pertama :Pengertian Bidáh
Bidáh dalam bahasa arab (terminology) berarti baru atau tambahan, sedangkan menurut syarí ulama fiqih memberikan pengertian bidáh sebagai semua perbuatan yang dilakukan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para shahabatnya.

Para Ulama Fiqhi mengklasifikasin bidáh pada dua kategori, ada yang dinamakan bi’dah hasanah, atau bahasa lainnya mahmudah, ada juga yang disebut bi’dah sayyi’ah atau mazmuumah. Kemudian Ulama Fiqih kembali memberikan batasan Bidáh hasanah adalah semua perbuatan baru atau tambahan yang selaras dengan ajaran dasar syaríah dan tidak bertentangan dengan garis-garis yang telah ditentukan oleh agama. Bidáh sayyi’ ah adalah sebaliknya, perbuatan perbuatan baru atau tambahan yang tidak selaras dengan ajaran dasar syariáh dan tentunya bertentangan dengan garis-garis yang telah ditentukan agama.

Sekarang Penulis mengajak para hadirin dan hadiraat untuk bersama-sama mencoba mengklaim apakah Yasinan termasuk pada kategori pertama atau yang kedua dengan menggunakan standar manfaat atauh ihtisaan, dan barometer pengaplikasian Yasinan dengan merujuk pada beberapa pointers berikut :

Pointer Positives/hasanah atau mahmudah
-      membaca Al-Qurán berpahala dan merupakan ibadah dan Yasin merupakan salah satu surah dalam Al-Qurán
-      Yasinan merupakan sarana atau media untuk saling share, saling mengingatkan satu dengan yang lain akan kebaikan
-      Yasinan dapat menciptakan kebersamaan dan mempererat silaturrahim.

Pointer Negative/sayyi’ah atau mazmuumah
-      Yasinan secara berjamaáh tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah olehnya itu Yasinan semacam ini termasuk bidáh
-      Kebanyakan orang yang hadir untuk Yasinan hanya untuk hal lain seperti memenuhi kebutuhan perut atau karena dinas sehingga unsur ibadah dalam yasinan tersebut cenderung tidak ada, bahkan dapat memunculkan sifat ria dan mempersekutukan Allah.
-      Yasinan berpotensi sebagai media gossip dan sarana ghibah dan namimah

dari beberapa pointers diatas, baik pointer hasanah maupun sayyi’ah menurut hemat penulis, kita dapat memposisikan bidáh pada dua kategori hukum syar’i, yang pertama Yasinan dapat menjadi hasanah ketika pointers positive teraplikasi dalam Yasinan tersebut, dan boleh jadi hokum Yasinan tidak boleh ketika terkontaminasi dengan pointers negative. Nah bagaimana menciptakan Yasinan menjadi Hasanah atau mahmuudah itu sangat tergantung pada iklim jamaáh dan personal masing-masing.

KEDUA : Yasinan Secara berjamáh
Ritual atau tradisi Yasinan yang kita lakukan sekarang ini di Wisma Duta dan yang dilakukan ummat islam khususnya di Indonesia dapat digategorikan sebagai salah satu syiar agama, dalam hal ini ritual semacam ini tidak dapat dipisahkan dari perkembangan dan kebudayaan islam, ia merupakan khazana yang perlu dipertahankan.

Megadakan tradisi semacam ini, akan lebih menumbuhkembangkan spirit kebersamaan, keakraban, dan saling mengatahui pribadian satu dengan yang lain yang kesemuanya bermuara pada asas silaturrahim, apatalagi dalam zona KBRI yang kwantitas WNI nya sangat terbatas, silaturrahim jangan pernah terputus diantara kita, bahkan status jabatan kadang kita harus kesampingan demi mewujudkan keutuhan silaturrahim.

Al-Qurán sangat menganjurkan terjalinnya silaturrahim antara kita, bahkan Q.S. Annisa pada potongan ayat satu, Allah menempatkan perintah untuk tetap menjaga terjalinnya silaturrahim setelah perintah bertaqwah kepada-Nya.
Allah berfirman :


1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.


[263] Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.
[264] Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.


Dalam tinjuan linguistic penempatan perintah untuk tidak memutuskan silaturrahim setelah perintah bertaqwah kepada Allah menjadikan posisi perintah tersebut sangat prinsipil dan urgent untuk dilaksanakan, bahkan dalam beberapa penjelasan mengenai pemutusan silaturrahim Rasulullah  memberikan warning kepada kita semua bahwa batas maksimal seseorang tidak bertegursapa karena benci adalah tiga hari, lebih dari itu keduanya dapat digolongkan sebagai orang kafir.

KETIGA : Rahasia dan manfaat Yasinan
Keutamaan Surah Yasin sebagai jantung Al-Qurán menjadikan surah ini sering dibaca bahkan sering digunakan sebagai bacaan atau jampi untuk menyembukan orang sakit, atau untuk mengusir hantu atau syetan.

Secara umum para Ulama Tafsir sepakat mengatakan bahwa Al-Qurán diturunkan bukan untuk saintis, bukan sebagai bacaan untuk menyembuhkan orang sakit, atau mengusir hantu atau syetan, akan tetapi Al-Qurán merupakan kitab pedoman yang berisikan ajaran atau kode etik bagaimana menjalani hidup di dunia, setiap huruf, kata, kalimat, ayat, dan setiap surah dari Al-Qurán merupakan mukjizat sepanjang zaman, dan bagi orang yang membacanya mendapatkan pahala atau award dari Allah.

Karena Al-Qurán adalah Mukjizat sepanjang zaman, tentunya setiap dari Al-Qurán itu dapat melahirkan hal-hal yang supranatural, atau diluar kebiasaan manusia/adat atau melampaui hukum sebab akibat. Membacakan Yasin misalkan dapat menyembuhkan orang sakit, atau memulihkan kembali orang yang kesurupan pada kaadaan normal, itu bisa saja terjadi, atau misalkan membaca surah Yasin dengan tendensi tertentu, seperti ingin dikabulkan hajatnya, atau ingin kemenangan dalam peperangan dsb…itu sah-sah saja dengan catatan tidak mengangkap Yasin sebagai penyembuh, pengabul doa, akan selah satu media atau saluran yang paling bersih, jernih yang menjadi penyebab diijabahnya doá kita.

Terakhir…
Berikut ini Penulis share amalan mengenai surah
Yasin kepada majlis sesuai dengan anjuran salafusshaleh dan orang-orang Thariqah sebagai berikut :

01.    Hendaknya membaca Surah Yasin setiap selesai Shalat Subuh sebanyak 4 kali dan mengulangi lafadz Yasin sebanyak 7 kali dari setiap bacaan.
02.    Ketika sampai pada kalimat ذلك تقدير العزيز الحكيم  hendaknya diulangi sebanyak 14 kali
03.    Ketika sampai pada kalimat سلام قولا من رب رحيم  ulangi sebanyak 36 kali
04.    Ketika sampai pada kalimat  بلى وهو الخلاق العليم  ulangi sebanyak 73 kali
05.    Kemudian membaca Surah Al-Fatihah yang dilanjutkan dengan bacaan Bismillah sebanyak 11 kali
06.    Bedoálah untuk kebaikan yang diinginkan insyallah diijabah.


Hal yang paling penting adalah melakukannya secara terus menerus, menghindari hal-hal yang haram terutama makanan, memperbanyak puasa, dan sedikit makan, menurut seorang ahli Thariqah insya Allah akan datang dalam tidur seorang Khaddaam (baik dari golongan jin muslim maupun dari golongan malaikat) yang akan mengajarkan rahasia-rahasia Allah. Wallahu A’lam Bisshawaab.

Selamat mencoba dan semoga bermanfaat insya Allah.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

A.  Aidid
Home Addis Ababa
November 29, 2010






Saturday, November 19, 2011

HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN ANJING


HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN ANJING

Kepada Yth.
Bapak Bambang Hartoyo

Terima kasih atas emailnya pak, saya sudah membaca beberapa komentars, dan menarik kesimpulan bahwa Habib Zen Aljufri  mencoba megatakan bahwa anjing boleh kita pelihara sesuai dengan standarisasi semua mazhab dalam sunni, dan beradasarkan pada Q.S. Al-Maidah 4.



4. mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu[399]. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu[400], dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya)[401]. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya.
[399] Maksudnya: binatang buas itu dilatih menurut kepandaian yang diperolehnya dari pengalaman; pikiran manusia dan ilham dari Allah tentang melatih binatang buas dan cara berburu.
[400] Yaitu: buruan yang ditangkap binatang buas semata-mata untukmu dan tidak dimakan sedikitpun oleh binatang itu.
[401] Maksudnya: di waktu melepaskan binatang buas itu disebut nama Allah sebagai ganti binatang buruan itu sendiri menyebutkan waktu menerkam buruan.


Saya mencoba membuka buku-buku hadits dan buku-buku fiqhi, karena untuk menjawab diskusi diatas setidaknya perlu merefresh kembali pengatahuan fiqhi waktu belajar di tsanawiyah dulu, dalam image saya selama ini anjing merupakan binatang najis zaatiyah –zatnya yang najis- (mazhab Syafi’i), apatalagi air liurnya, Rasulullah memerintahkan kita untuk mencuci bejana-bejana yang sempat dijilati atau diminum oleh anjing sebanyak 7 kali salah satu diantaranya tanah, dan akan lebih afdhal kalo tanah didahulukan dari air, begitu kira-kira seingat saya dalam kitabs fiqih mazhab syafi’i.
Pada dasarnya ada beberapa hadits yang berkaitan dengan permasalahan hukum anjing, berikut ini saya paste kan dari beberapa kitabs hadits tentang hukum dan seluk beluk anjing :
01.   Hadits Bukhari : 2145
روى البخاري عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
 ( مَنْ أَمْسَكَ كَلْبًا فَإِنَّهُ يَنْقُصُ كُلَّ يَوْمٍ مِنْ عَمَلِهِ قِيرَاطٌ إِلا كَلْبَ حَرْثٍ أَوْ مَاشِيَةٍ ) .
Artinya :
Barangsiapa yang menyentuh (mengusap) anjing, sesungguhnya akan berkurang pahalanya setiap hari satu Qirhat kecuali anjing yang disentuhnya adalah anjing penjaga atau penjanga binatang ternak.

02.   Hadits Muslim : 2943
روى مسلم عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
 ( مَنْ اقْتَنَى كَلْبًا إِلا كَلْبَ مَاشِيَةٍ أَوْ كَلْبَ صَيْدٍ نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ . قَالَ عَبْدُ اللَّهِ : وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ : أَوْ كَلْبَ حَرْثٍ ) .
Artinya :
Barangsiapa yang memelihara anjing kecuali anjing penjaga ternak, atau anjing untuk berburu, berkuranglah pahalnya setiap hari satu Qirath, Abdullah berkata : dan Abu Huraerah berkata : atau anjing penjaga.

Ibn Abdul Bar berpendapat : haditsnya ini mengindikasikan bolehnya menjadikan anjing sebagai pemburu atau penjaga ternak atau tanaman (kebun)

03.   Hadits Ibn Majah : 3640
روى ابن ماجه عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
( إِنَّ الْمَلائِكَةَ لا تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلا صُورَةٌ ) صححه اٍلألباني في صحيح ابن ماجه .
Artinya :
Ibn Majah meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib yang diridhoi Allah Padanya dari Nabi s.a.w bersabda : sesunggunya Malaikat tidak akan masuk pada suatu rumah yang terdapat anjing dan gambar. Syeikh Albani mengangapnya Hadits Shahi dalam kitab hadits Ibn Majah.

PANDANGAN ULAMA
Jamak para ulamas berperndapat bahwa tidak dibenarkan memelihara anjing kecuali pada tiga kategori anjings tersebut diatas (Anjing pemburu, Anjing Penjaga ternak dan Anjing penjaga ladang), namun ada beberapa ulamas juga berpandangan bahwa pengecualian tersebut diatas bisa dikiaskan kepada bolehnya memelihara anjing dengan status anjing tersebut memberi manfaat dan menolak bahaya, seperti memelihara anjing sebagai penjaga rumah.

Al-Marhum Grand Syeikh Al-Azhar Mahmud Syaltut dalam fatwanya tentang Anjing yang berinteraksi dengan manusia dari segi najis dan kebersihannya, beliau membolehkan memelihara anjing di rumah dengan catatan untuk menolak bahaya dan mendatangkan manfaat, beliau juga berpendapat bahwa zat atau tubuh, liur, dan keringat anjing adalah bersih selama anjing tersebut masih dalam keadaan hidup, dengan demikian jika seekor anjing duduk di atas tempat tidur atau disentuh oleh seseorang, itu tidak bernajis, dan itu tidak membatalkan shalatnya atau ibadah-ibadah yang berkaitan dengan bersuci selama tidak ada najis yang lengket di mulut atau di badannya, sama adanya anjing tersebut basah atau tidak. Kondisi ini khusus untuk anjing-anjing yang mendatangkan manfaat dan menolak bahaya. (Fatwah 16 Ramadhan 1381 H./21 Pebruari 1962)
(Fatwah ini menyalahi kaedah Hukum dasar Mazhab Syafi’i, Hanafiyah dan Hanabila tentang status hukum tubuh, liur dan keringat anjing. imam Syafi’i, imam Hanbali, Imam Abu Hanifah dan Al-Auza’i berpendapat bahwa anjing merupakan Najasul Ain)

Beda halnya Syeikh Utsaemin, beliau berpendapat bahwa memelihara anjing adalah hukumnya haram, bahkan tergolong dosa besar, karena memelihara anjing bukan yang dikecualikan oleh Rasulullah (tekstual hadits) akan mengurangi pahalanya setiap hari sebanyak dua Qirhat.

Setidaknya itu beberapa pendapats ulama yang masih kontraversial dari hasil pembacaan saya pak, kalau boleh memberikan sedikit catatan bahwasanya kesemua pendapat ulamas tersebut diatas adalah benar, hanya saja berbeda pada pengaflikiasiannya, dalam artian ada saatnya kaum muslimin boleh memelihara anjing dan adapula saatnya anjing haram hukumnya dipelihara. Boleh jadi ulamas yang berpendapat bahwa seorang muslim tidak dibenarkan atau diharamkan memelihara seekor anjing kecuali yang telah ditentukan oleh Rasulullah karena merasa takut atau khawatir fenomena yang terjadi dibarat bagaimana orang-orang barat hidup satu atap dengan anjing peliharaan mereka, dan menghabiskan jutaan bahkan miliaran dana untuk anjing tersebut, sementara masih banyak manusia untuk makan saja sangat susah (analoginya mereka memuliakan spesis anjing dari pada spesis manusia).  Ini bukan saja berkaitan dengan masalah Taharah –bersuci- akan tetapi berkaitan dengan jiwa, sementara menjaga jiwa dalam islam –hifdunnafs- adalah hukumnya wajib, dalam artian bahwa seorang muslim diharamkan memelihara anjing ketika masih ada saudaranya atau tetangganya yang masih hidup dibawah garis kemiskinan, dengan hujjah atau alasan bahwa menjaga kestabilan kehidupan tetangga-tetangga kita atau saudara-saudara kita baik dalam negeri maupun diluar negeri adalah wajib menjadikan status hukum memelihara anjing itu haram.

Kalau saja kondisi masyarakat muslim sudah memadai baik dari segi ekonomi maupun keamanaan, pada saat itu hukum kebolehan untuk memelihara anjing berlaku dan dapat diterapkan, saya teringat sejarah islam ketika masih dalam naungan Khilafah Islamiyah dibawah komando seorang khalifah umar bin abdul aziz, dimana orang-orang muslim pada waktu itu kewalahan mengeluarkan zakat malnya bukan karena mereka tidak mau mengeluarkan zakat, akan tetapi mereka kesulitan medapatkan mustahiq zakat –orang-orang yang berhak mendapatkan zakat-. Boleh jadi masa itu dibolehkan memelihara anjing sebagai penjaga rumah. Wallahu a’lam bisshawaab.

Terima kasih
Wassalam
A.Aidid



Friday, October 28, 2011

Mingingat Mati II


BIASAKAN DIRI ANDA : Mengingat Mati II
Sub title : Alam Barzakh

Penulis masih mencoba menguraikan beberapa marhalah atau episode dalam hal kematian, kali ini mari  bersama merenung dan mencoba mencari tahu rahasia dibalik alam barzakh atau lebih dikenal dengan alam kubur.
Pada dasarnya ada perbedaan antara alam barzakh dengan alam kubur, hanya saja di Indonesia kita cendrung memahaminya sebagai dua kata yang sinonim, untuk tidak terjadi kesalahpahaman ada baiknya penulis menguraikan dua akar kata tersebut.
Alam Barzakh terdiri dari dua suku kata yaitu Alam dan Barzakh, barzakh diadopsi dari bahasa arab ke bahasa Indonesia yaitu برزخ   yang terdiri dari huruf ب،ر،ز، dan خ yang secara bahasa bisa berarti الحاجز atau الحد (sekap atau pembatas), para ahli bahasa meberikan pengertian secara bahasa bahwa Alam barzakh adalah pembatas antara dua alam, sedangkan menurut istilah albarzakh berarti periode tertentu antara kematian dan hari kebangkitan –judgment time-.

Para ahli Lugha –Bahasa- membedakan antara barzakh dan kubur, barzakh adalah dimensi ruhiyah yang bersifat temporal dari step pertama kehidupan Akhirat, sedangkan kubur adalah tempat jasad dibaringkan atau pembaringan terakhir setelah kehidupan dunia, ada juga yang mengatakan bahwa barzakh adalah waktu sedangkan kubur adalah tempat, keduanya masih terikat dengan kehidupan dunia, hanya saja Allah memberikan kita panca indra yang terbatas pada hal-hal yang bersifat factual, hewan mampu mendengarkan siksaan orang-orang yang telah dikubur.

Seorang Komunis berkebangsaan soviet Dr. Azzacove, pernah mengadakan penelitian untuk mengetahui pergerakan bumi dengan interval tertentu, dari penuturannya Dr. Azzacove sempat merekam adanya jutaan suara yang meminta tolong atau perlindungan pada dasar bumi, pada awalnya Dr. Azzacove mengira bahwa suara tersebut yang direkam dengan alat canggih Super sensitive microphone, adalah gesekan dari alat-alat  yang digunakan pada dinding-dinding perut bumi, akan tetapi setelah mendengar dan menganalisa ulang, Dr. Azzacove berkesimpulan bahwa itu adalah suara jutaan manusia yang meminta pertolongan.
Kehidupan Alam barzakh merupakan sisi esensial dari akidah orang-orang yang beriman, mempercayai adanya balasan yang diterima langsung di alam barzakh adalah suatu keniscayaan. Banyak dalil-dalil yang menerangkan eksistensi alam barzakh baik itu dari Al-Qur’an maupun Hadits diantaranya :

QS. Almu’min : 45-46
Dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang , dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras".
Penggalan ayat “Kepada mereka dinampakan neraka pada pagi dan petang” memberikan indicator adanya siksaan di Alam Barzakh. Jamak pakar tafsir sekaliber Imam Qurtubi, Syaukani, dan Fakhruddin al Razi berasumsi bahwa penggalan ayat tersebut diatas adalah bukti nyata adanya siksaan di Alam barzakh. Ibn Katsir mengatakan bahwa penggalan ayat tersebut diatas menjadi pokok Akidah terbesar yang menjadi dalil bagi pengikut mazhad ahlussunnah wal jama’ah tentang adanya balasan di Alam Barzakh.

QS. Albaqarah : 145
Dan jangan kamu sekalian mengatakan bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah adalah amwaat (orang-orang mati) akan tetapi  mereka itu hidup sedang kalian tidak merasakannya”.

Kedua dalil diatas menurut asumsi penulis menjelaskan bahwa Alam Barzakh masih sangat berkaitan dengan Alam kita sekarang ini, hanya saja kemampuan untuk menjangkau Alam tersebut adalah suatu kemustahilan, barzakh yang diciptakan Allah tidak seperti dinding beton kreasi manusia yang bisa dijangkau dengan golembang magnetis.

Penggalan Ayat pertama AlQur’an menjelaskan bahwa mereka –firaun dan sekutunya- dinampakan neraka pagi dan petang, ketarangan waktu pagi dan petang menunjukan adanya keterkaitan antara universe tempat tinggal kita sekarang dengan step pertama kehidupan akhirat, alasanya simple terjadinya pagi dan petang itu disebabkan route matahari ke planet bumi.
Dalil yang kedua mengenai kehidupan para Syuhada, mereka diberikan rezki sebagaimana kehidupan kita di dunia. Penggalan ayat “sedang kalian tidak merasakannya”  berindikasi kepada makhluk yang anugerahi Allah sifat “Rasa”. Kata-kata rasa di penggalan ayat ini bukan berarti merasakan sesuatu karena sentuhan. Orang-orang arab ketika ingin mengatakan saya merasakan sesuatu akibat dari sentuhan atau rabahan tangan itu menggunakan kalimat hassa – حس، يحس – bukan menggunakan kata – شعر  - . kata pada penggalan ayat tersebut berhubungan dengan dimensi barzakh bukan dimensi materi. Oleh karena kita terbatas –hajiz- pada kehidupan materi sudah barang tentu tidak dapat berkomunikasi dengan penghuni alam barzakh kecuali one condition, kita keluar dari alam materi menuju alam semi Barzakh yaitu alam mimpi (asumsi penulis). Wallahu a’lam.

Para Imam Ahlul Bait Rasulullah s.a.w. menjelaskan bahwa ada tiga golongan manusia di Alam Barzakh.
Pertama :
adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dengan sebaik-baik iman dan konsisten dengan keimanannya, lalu memperbaiki agamanya, tidak mencanpuradukan yang hak dengan yang bathil, mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Golongan ini menurut beliaus yang ditanya dikuburnya dan mendapatkan kenikmatan di Alam Barzakh sampai datangnya hari kebangkitan.
Kedua :   
Golongan orang-orang kafir atau ingkar kepada Allah, golongan ini akan ditanya di kuburnya dan akan mendapatkan siksaan di Alam Barzakh sampai datangnya hari kebangkitan
Ketiga :
Golongan yang mencampuradukan antara kebenaran dan kebathilan, golongan ini tidak akan ditanya di kuburnya serta tidak akan mendapatkan balasan apapun dari perbuatannya di dunia hingga datangnya hari kebangkitan, nasib golongan ini akan tergantung pada Syafa’at dan pengampunan Allah, atau akan mendapatkan siksaan sebagai balasan dari dosa-dosa yang mereka perbuat untuk kemudian dimasukan kedalam Surga.

Terakhir…
Penulis ingin share kepada pembaca tentang sebuah hadits panjang yang diriwayatkan Abu Allaits sebagai berikut :
Dari Albaraa’ bin Aazib yang diridhoi Allah pada keduanya berkata : Kami bersama Nabi s.a.w keluar menghantar jenazah seorang sahabat Anshar, ketika tiba di liang lahad dan jenazah belum dimasukan, Nabi s.a.w. duduk dan kamipun duduk terdiam disekitar beliau dan menunddukan kepala bagaikan ada burung diatas kepala kami, sedang Beliau s.a.w mengorek-gorek dengan dahan yang ada ditangannya, kemudian beliau mengangkat kepala sambil bersabda : Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksaan kubur !!! beliau mengulanginya sebanyak tiga kali.
Abu Allaits berkata siapa yang hendak selamat dari siksa kubur, hendaknya menjaga empat perkara dan meninggalkan empat perkara pula :
JAGALAH EMPAT PERKARA
  1. Jaga Shalat lima waktu
  2. Memperbanyak sedekah
  3. Memperbanyak membaca Al-Qur’an
  4. Memperbanyak memuji atau bertasbih kepada Allah.
TINGGALKAN EMPAT PERKARA
  1. Hindari berdusta atau berbohong
  2. Berkhianat
  3. Mengadu Domba
  4. Hindari Kencing berdiri (Nabi Bersabda : Bersih-bersihlah kamu daripada kencing, karena umumnya siksaan kubur disebabkan karena kencing (artinya hendaknya mencuci kemaluan sebersi-bersinya)
Saling mengingatkanlah kita akan panggilan alam barzakh, umur semakin bertambah, rambut beruban, kondisi tubuh tidak se-fit masa muda, mata sudah mulai rabun, adalah merupakan sandi-sandi barzakh yang perlu kita hayati dan kita jadikan motivator untuk senantiasa welcome kepada step pertama kehidupan akhirat, semoga kita semua diberikan Allah hidayat insyallah.
Rasulullah mengajarkan kita sebuah do’a agar kita terhindar dari siksa kubur, sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Huraerah r.a.  sebagai berikut :

إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ


Jika salah seorang di antara kalian selesai tasyahud akhir (sebelum salam), mintalah perlindungan pada Allah dari empat hal: [1] siksa neraka jahannam, [2] siksa kubur, [3] penyimpangan ketika hidup dan mati, [4] kejelekan Al Masih Ad Dajjal.” (HR. Muslim). Do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَشَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ


“Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzabil qobri, wa ‘adzabin naar, wa fitnatil mahyaa wal mamaat, wa syarri fitnatil masihid dajjal

 [Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka, penyimpangan ketika hidup dan mati, dan kejelekan Al Masih Ad Dajjal].” (HR. Muslim)

Semoga bermanfaat insyallah

Fourth Friday of October 2010
Home Addis Ababa
A. Aidid


Baca : Mengingat Mati Bag. I

Wednesday, October 5, 2011




KHUTBAH IDHUL ADHA 1432 H/2011 M.
Wisma Duta KBRI Addis Ababa
 Ahad, 6 Nopember 2011

SEBUAH PUNCAK MANIFESTASI KEIMANAN HAMBA ALLAH







الله أكبر - الله أكبر – الله أكبر - الله أكبر – الله أكبر 
الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر 
الله أكبر كبيرا والحمدُ لله كثيرا وسبحان الله وبحمده بُكرةً وأَصِيْلا. الله أكبر ما تحرّك متحرِّكٌ وارتجّ، وَلَـبَّـى مُحرِمٌ وحَجّ، وقصدَ الحرَمَ مِن كُلّ فجّ، وأُقيمتْ لله في هذه الأيامِ مناسكُ الحجّ. الله أكبرُ الله أكبرُ ما نُحرتْ بمنى النحائر، وعُظّمَتْ لله الشعائر، وسارَ إلى الجمراتِ سائر، وطافَ بالبيتِ العتيقِ زائر، الله أكبرُ إذا سارُوا قبلَ طلوعِ الشمسِ إلى مِنى، ورمَوا جمرةَ العقبةِ وقد بَلَغُوا الـمُنى، اللهُ أكبرُ إذا سارُوا لزيارةِ الكعبة مُكبّرين، وللسَّعْيِ بينَ الصَّفا والمروةِ مُهَروِلين، وللحَجَرِ الأَسْوَدِ مُسْتَلِمِينَ ومُقْبِلين، ومنْ ماءِ زمزمَ شارِبينَ ومُتَطَهِّرين، فَسُبْحَانَ اللهِ حِيْنَ تُمسُونَ وَحِيْنَ تُصْبِحُون، ولهُ الحمدُ في السَّمَاوَاتِ والأرضِ وعَشِيًّا وَحِيْنَ تُظْهِرُون، سُبحانَ ذِيْ الـمُلْكِ وَالملَكُوت، سُبحانَ ذِي العِزّةِ والجبَرُوت، سبحانَ ربِّك ربِّ العزّةِ عَمَّا يَصِفُون، وسلامٌ على المرسلينَ والحمدُ للهِ ربِّ العالمين
الحمدُ لله مُنَزِّلِ العَادِيَاتِ وَالقَارِعَة الذي مَنّ علينا بهذهِ الصَّبيحةِ المباركةِ اللامِعَة، والصلاةُ والسلامُ على سيِّدنا محمّدٍ ذِي الأنوارِ السَّاطِعَة وعلى ءالِهِ وأَصحابِهِ الطيّبينَ الطاهرين ومَنْ تَبِعَهُم بإحسانٍ إلى يومِ الدين
أما بعدُ فيا إخوةَ الإيمانِ والإسلام، أوصيكم ونفسي بتقوى اللهِ العظيم، يقولُ الله تبارك وتعالى في القرءان الكريم:" فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنّي أَرَى فِي المَنَامِ أَنّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ، فَلَمَّا أسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِيْن، وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ، قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي المُحْسِنِينَ، إِنَّ هَذَا لَهُوَ البَلَاءُ المُبِينُ، وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ". الصَّافات/102-107


Allahu Akbar, Puji dan Syukur hanya kepada-Nya, Allah s.w.t. yang telah memberikan kita semua nikmat iman dan islam dan memelihara persentasi keimanan kita semua, sehingga dengan spirit keimanan yang kita miliki sekarang ini, mampu menjadi formulasi handal dan motivator untuk memberikan komando kepada raga kita untuk hadir dan bersua di tempat yang penuh mubarakah ini, Wisma Duta KBRI Addis Ababa, guna melakukan rangkaian Syariat Rasulullahi Muhammad s.a.w dan Khalilullahi Ibrahim a.s.

Allahu Akbar walillahil hamd,
Shalawat dan Salam kepada Baginda Rasulullahi s.a.w. beliau adalah seorang figure duniawi dan ukhrawi, sebagai pemimpin yang mampu dan sukses mengajari, mengayomi dan memberikan istinary atau pencerahaan kepada umat manusia, yang telah mengajarkan kita semua bagaimana berhaji ke Baitullahil haram, bagaimana wukuf di Arafah, serta mengajarkan ummatnya yang belum mendapat panggilan Allah ke Baitullahil Haram untuk berpuasa pada hari Arafah.

Hamba Allah…
Hari ini, saya mengajak para jamaáh untuk kembali menyimak prosesi bagaimana dan apa landasan hukum perintah berkurban, sebuah ritual yang telah dijalankan beratus-ratus tahun lalu, dari zaman Khalilullahi Ibrahim yang diabadikan dalam Al-Qurán sampai pada generasi kita sekarang.

Al-Saffat 102-107 merekam salah satu peristiwa penting dialog antara seorang Khalilullahi Ibrahim dengan Putranya Ismail tentang mimpi sang Ayah sebagai seorang Nabi dan Kekasih Allah.
 102.  Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
103.  Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
104.  Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
105.  Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
106.  Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107.  Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1285].

[1284]  yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya.
[1285]  sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). peristiwa Ini menjadi dasar disyariatkannya qurban yang dilakukan pada hari raya haji.


Kisah ini merupakan puncak manifestasi keimanan seorang Khalilullahi Ibrahim dan Putranya Ismail a.s. yang semestinya kita teladani bersama. Proses terjadinya mimpi, dan dialog antara seorang Ayah dan Putranya sama sekali kita tidak mendapatkan sebuah kata yang berkonotasi pasimis terhadap perintah Allah, tidak ada konprontasi apatalagi keangkuhan, dan hal-hal lain yang berseberangan dengan Allah, yang ada hanyalah istislam atau kepasrahan terhadap sang pencipta.

وما كان إبراهيم يهوديا ولا نصرانيا ولكن كان حنيفا مسلما

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Maha besar Engkau ya Allah yang telah menciptakan jiwa-jiwa seperti Ibrahim dan Ismail, yang memelihara jiwa-jiwa mereka dalam keterpautan asmara dengan Zat-Mu. Allah jadikan jiwa-jiwa kami seperti jiwa Ibrahim dan Ismail.!!!

Saya akan menarik kisah luhur ini pada frame dan bingkai kehidupan kita, dan mencoba mencaribalancy antara perkataan Ibrahim dan putranya ismail dalam dialog tersebut pada beberapa point berikut :

  "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!"

Putra satu-satunya Ismail, anak semata wayang yang telah tumbuh menjadi seorang laki-laki yang mampu membantu ayah dan ibunya, sang Ayah tiba-tiba mendapat perintah Allah untuk menyembelihnya. mari mengadakan diagnosa atau menganalisa sebuah kebasaran hati seorang Ibrahim dengan mengambil perbandingan dengan jiwa-jiwa sekarang ini lalu bertanya masih adakah jiwa-jiwa seperti Ibrahim dikalangan kita lingkungan KBRI Addis Ababa, ataukah kisah ini hanya tinggal penghias Mushaf-Mushaf yang dijual di Markatu. That is challenges to be Ibrahim soul and his spirit.

Memang tidak mudah untuk melatih jiwa kita untuk sampai pada tataran Istislam atau tingkat tinggi kepasrahan diri kepada Allah –Hanifan Musliman- akan tetapi saya yakin ketika sebuah kemauan terbetik dalam hati untuk berusaha sampai pada tataran tersebut, insya Allah kemudahan akan selalu diciptakan Allah untuk kita, akan selalu ada jalan untuk sampai pada niat tersebut, kemauan, semangat, ikhtiar, usaha dan doa adalah pilar untuk sampai kepada semua tujuan yang kita inginkan.


Maka fikirkanlah apa pendapatmu wahai anak-ku Ismail!!!!
Sebagai seorang ayah yang bijak, beliau selalu mengkoordinasikan dan memusyawarakan keinginannya dan juga merupakan iradat Allah kepada putranya. Sama sekali tidak terlihat sikap egois dan ingin menang sendiri. Beliau seorang bijak, árif dan mempunyai budi pekerti yang luhur terhadap anak dan keluarganya, apatalagi kepada orang lain, apatalagi kepada bawahan dan teman sekantor, saya yakin jiwa seperti beliau mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif dan konstruktif. penafsiran ini pada konteks seorang Ayah dan anak.

Akan tetapi ketika kita tarik ayat ini dan memposisikan ibrahim sebagai seorang Nabi, maka pertanyaan Ibrahim ini beraliansi lain, yaitu ingin mengetahui kondisi kejiwaan putranya Ismail sejauh mana makrifatnya kepada Allah, bukan maksud untuk meminta muafaqah atau persetujuan dari Ismail

Ismail menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Sebuah jawaban yang spektakuler, Begitu indah dan enak terdengar di telinga, jawaban seorang anak kepada seorang Ayah, begitu tinggi tingkat dan derajat makrifatnya, begitu smooth kondisi jiwa sang anak untuk melontarkan kata-kata tersebut diatas, lagi lagi saya sampaikan kepada jamaáh, sama sekali tidak ada konfrontasi ataupun secuil keangkuhan…nothing, it’s really a perfect soul.

Di era serba global sekarang ini, me-maintenance jiwa seorang anak to be Ismail Soul, itu tidak gampang, dengan kesibukan kantor yang bajibun, pergi pagi dan pulang malam, sebuah indikasi untuk sebuah pencapaian pendidikan anak yang tidak paripurna dalam hal duniawi dan ukhrawi. Sebagai seorang Ayah  atau orang tua, tidak saja dituntut Allah untuk memanjakannya dengan kehidupan duniawi, akan tetapi persoalan ukhrawi menjadi page one dalam pendidikan dunia-ukhrawi anak. Anak kita jago dalam bahasa inggris dalam semua aspek ilmu pengetahuan dan sains akan tetapi ketika kita menanyainya tentang apa bahasa inggris daripada Laa ilaha illallah Muhammadarrasulullah, nilainya Nol besar….sebuah methode pendidikan yang tidak universal alias gagal.

Sebagai seorang Ayah kita wajib mencontoh bagaimana Ibrahim mendidik Ismail untuk mengucapkan jawaban tersebut diatas. Dan sebagai seorang Anak seharusnya mencontoh Ismail bagaimana beliau mampu pada pencapaian tawakkal dan istislam kepada sang Ayah dan kepada perintah Allah.
وبالوالدين إحسانا

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd….
Ya Allah Engkau yang menciptakan, mengatur dan menentukan semua sesuatu, dengan keutamaan Hari Arafah jadikanlah jiwa orang tua kami seperti Jiwa Ibrahim…!!!
Ya Allah dengan memontum sejarah Ibrahim dan Ismail ini, dan keberkahan hari ini mohon jadikan Jiwa anak-anak kami seperti Jiwa Ismail.

Allahumma Taqabbal, allahumma Amien..

هذا وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المؤمنين والمؤمينات والحمد لله رب العالمين

Sweet Home-Jamo, 05 Oktober 2011
Pukul 23.07
A. Aidid


Taro ki ada-ada

HTML Comment Box is loading comments...

Followers