Monday, February 10, 2014

Isti’adzah Dalam Penerimaan Ayat-Ayat Allah

MAJLIS JAUSYEN KABIR ADDIS ABABA

Pertemuan     : VI
Tempat           : Wisma Duta KBRI Addis Ababa
Tanggal          : 30 Januari 2014
Pembahasan  : Isti’adza Dalam Penerimaan Ayat Allah

Ba’da el Tahmid we El Taslim :

Bahwasanya Isti’adza mensucikan jiwa manusia dan mengambalikan kepada fitrah keimanan sampai kepada menghilangkan rasa was-was yang diembuskan oleh syaitan. Dan idealnya ketika kita mendengarkan seorang membaca Al-Qur’an dari seorang Qari hendaknya kita meyakini bahwa  kita sedang  mendengarkan Allah berfirman kepada kita, Allah sedang memberikan arahan kepada kita, Allah sedang menjelaskan kepada kita semua; ini yang boleh dan itu yang tidak boleh kita lakukan. Kedudukan Qari atau pembaca Al-Qur’an seakan-akan kita abaikan dengan memfokuskan konsentarasi kita terhadap apa yang terlatun pada saat itu.

Isti’adzah adalah sebuah doa dan usaha untuk membersiapkan diri  dengan segenap jiwa untuk mendengar –إستمــاع/Istima’- dan menerima kisah-kisah, hukum-hukum yang berkaitan dengan bagaimana menjadi seorang hambah yang bijaksana kepada diri sendiri, orang lain, lingkungan sekitar dan Sang Khaliq dan semua kandungan Al-Qur’an langsung dari el-Mutakallim yaitu Allah s.w.t.

Tentunya dalam penerimaan Ayat-Ayat Allah ini sangat dipengeruhi oleh kwalitas hati seseorang. Terkadang kita mendengarkan lantunan Ayat Allah dari mulut seorang pembaca atau Qari atau mungkin  dari radio yang distel oleh super taksi, hati sama sekali tidak tersentuh bahkan cendrung lebih nikmat mendengarkan lagu dangdut kandidat Presiden RI, atau mungkin lebih nikmat mendengar alunan lagu-lagu MalaysiA nan syahdu daripada mendengar arahan yang disampaikan oleh Allah melalui Qari tadi. Hal ini sangat lumra dan biasa terjadi karena bisa jadi hati sangat disibukan dengan hiburan atau hal-hal yang hanya bersifat duniawi semata, baik itu melaui media TV maupun elektronik, hati kadang lebih cendrung membuka channel-channel lagu-lagu atau films di TV dibanding memencet tombol chanel-channel Dr. Zakir Naik yang berisikan taushiyah atau ajakan-ajakan untuk menuju kehidupan yang paripurna. Tangan dan jemari kadang lebih  senang mengetik  “bad keywords” di Google ketimbang “good keywords”.

Mengerti, memahami dan meyakini isti’adza sebagai sebuah formulasi untuk mempersiapkan diri menerima Ayat-Ayat Allah adalah salah satu tip atau cara untuk menjadi seorang pendengar sekaligus menjadi seorang mukallaf yang bijak, namun bukan berarti cukup dengan membaca أعوذ بالله من الشيطان الرجـيم saja kita bisa mencapai  tujuan atau maksud Isti’adza. Beberapa element yang perlu diikutsertakan dalam pencapaian ini adalah kebersihan hati dan lisan dari apa yang diharamkan oleh agama.

Sayyidina Ja’far Asshadiq r.a., seorang Imam dari Ahlul Bait Rasulullah s.a.w. pernah berkata

عجبت لمن خاف ولم يفزع إلى قول الله سبحانه: حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
فإني سمعت الله بعقبها يقول: فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ

bahwa saya heran kepada orang yang takut  dan tidak bergetar hatinya ketika mendegarkan firman Allah حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ, (Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung) sesungguhnya saya mendegarkan Allah berfirman setelah ayat ini : 

فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ

(Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar)

Coba perhatikan ungkapan Sayyidina Ja’far “sesungguhnya saya mendengar Allah berfirman” sementara bisa jadi beliau hanya mendengarkan lantunan ayat حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ dari seorang Qari atau mungkin dari mulut yang mulia sendiri. Tapi kenapa beliau mengatakan bahwa saya mendengar Allah. Hal ini tentunya didorong oleh kesiapan hati beliau untuk menerima firman-firman Allah, atau kedekatan hati beliau dengan El-Mutakallim.

Syeikh Mutawalli el-Sya’rawi (beliau seorang ulama Tafsir kesohor dan maha guru di Universitas Al-Azhar) mengatakan bahwa ketika saya mengatakan  أعوذ بالله من الشيطان الرجـيم apakah saya yang akan menjauhkan syetan dari menganggu saya untuk menerima Ayat-Ayat Allah, manusia adalah Makhluk Allah dan Syaetan adalah juga makhluk Allah, yang terjadi ketika sesama makhluk dalam perseteruan tentunya masing-masing akan menggunakan kekuatan dan dapat dipastikan seorang awam akan kalah dalam perseteruan ini, tapi dengan memohon perlindungan-Nya, bukan masalah kalah atau menang lagi yang jadi persoalan, akan tetapi masalah iqna’ atau ketundukan syetan kepada Allah.

Seorang yang melafadzkan ist’adzah berarti berada dalam perlindungan dan naungan Allah dan Syetan tidak akan mampu intervensi dalam urusan seorang hamba yang bersama dengan Rab-Nya. Wallahu A’lam we A’lam


A. Aidid

Taro ki ada-ada

HTML Comment Box is loading comments...

Followers