KHUTBAH IDHUL ADHA 1432 H/2011 M.
Wisma Duta KBRI Addis Ababa
Ahad, 6 Nopember 2011
SEBUAH
PUNCAK MANIFESTASI KEIMANAN HAMBA ALLAH
الله أكبر - الله أكبر – الله أكبر - الله أكبر – الله
أكبر
الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر
الله أكبر كبيرا والحمدُ لله كثيرا وسبحان الله وبحمده
بُكرةً وأَصِيْلا. الله أكبر ما تحرّك متحرِّكٌ وارتجّ، وَلَـبَّـى مُحرِمٌ وحَجّ،
وقصدَ الحرَمَ مِن كُلّ فجّ، وأُقيمتْ لله في هذه الأيامِ مناسكُ الحجّ. الله
أكبرُ الله أكبرُ ما نُحرتْ بمنى النحائر، وعُظّمَتْ لله الشعائر، وسارَ إلى
الجمراتِ سائر، وطافَ بالبيتِ العتيقِ زائر، الله أكبرُ إذا سارُوا قبلَ طلوعِ
الشمسِ إلى مِنى، ورمَوا جمرةَ العقبةِ وقد بَلَغُوا الـمُنى، اللهُ أكبرُ إذا
سارُوا لزيارةِ الكعبة مُكبّرين، وللسَّعْيِ بينَ الصَّفا والمروةِ مُهَروِلين،
وللحَجَرِ الأَسْوَدِ مُسْتَلِمِينَ ومُقْبِلين، ومنْ ماءِ زمزمَ شارِبينَ
ومُتَطَهِّرين، فَسُبْحَانَ اللهِ حِيْنَ تُمسُونَ وَحِيْنَ تُصْبِحُون، ولهُ الحمدُ
في السَّمَاوَاتِ والأرضِ وعَشِيًّا وَحِيْنَ تُظْهِرُون، سُبحانَ ذِيْ الـمُلْكِ
وَالملَكُوت، سُبحانَ ذِي العِزّةِ والجبَرُوت، سبحانَ ربِّك ربِّ العزّةِ عَمَّا
يَصِفُون، وسلامٌ على المرسلينَ والحمدُ للهِ ربِّ العالمين.
الحمدُ لله مُنَزِّلِ العَادِيَاتِ وَالقَارِعَة الذي
مَنّ علينا بهذهِ الصَّبيحةِ المباركةِ اللامِعَة، والصلاةُ والسلامُ على سيِّدنا
محمّدٍ ذِي الأنوارِ السَّاطِعَة وعلى ءالِهِ وأَصحابِهِ الطيّبينَ الطاهرين ومَنْ
تَبِعَهُم بإحسانٍ إلى يومِ الدين.
أما بعدُ فيا إخوةَ الإيمانِ والإسلام، أوصيكم ونفسي
بتقوى اللهِ العظيم، يقولُ الله تبارك وتعالى في القرءان الكريم:" فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ
السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنّي أَرَى فِي المَنَامِ أَنّي أَذْبَحُكَ
فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ
شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ، فَلَمَّا أسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِيْن،
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ، قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ
نَجْزِي المُحْسِنِينَ، إِنَّ هَذَا لَهُوَ البَلَاءُ المُبِينُ، وَفَدَيْنَاهُ
بِذِبْحٍ عَظِيمٍ". الصَّافات/102-107
Allahu Akbar, Puji dan Syukur hanya kepada-Nya, Allah
s.w.t. yang telah memberikan kita semua nikmat iman dan islam dan memelihara
persentasi keimanan kita semua, sehingga dengan spirit keimanan yang kita
miliki sekarang ini, mampu menjadi formulasi handal dan motivator untuk
memberikan komando kepada raga kita untuk hadir dan bersua di tempat yang penuh
mubarakah ini, Wisma Duta KBRI Addis Ababa, guna melakukan rangkaian Syariat
Rasulullahi Muhammad s.a.w dan Khalilullahi Ibrahim a.s.
Allahu Akbar walillahil hamd,
Shalawat dan Salam kepada Baginda Rasulullahi s.a.w.
beliau adalah seorang figure duniawi dan ukhrawi, sebagai pemimpin yang mampu
dan sukses mengajari, mengayomi dan memberikan istinary atau pencerahaan kepada
umat manusia, yang telah mengajarkan kita semua bagaimana berhaji ke
Baitullahil haram, bagaimana wukuf di Arafah, serta mengajarkan ummatnya yang
belum mendapat panggilan Allah ke Baitullahil Haram untuk berpuasa pada hari
Arafah.
Hamba Allah…
Hari ini, saya mengajak para jamaáh untuk kembali
menyimak prosesi bagaimana dan apa landasan hukum perintah berkurban, sebuah
ritual yang telah dijalankan beratus-ratus tahun lalu, dari zaman Khalilullahi
Ibrahim yang diabadikan dalam Al-Qurán sampai pada generasi kita sekarang.
Al-Saffat 102-107 merekam salah satu peristiwa penting
dialog antara seorang Khalilullahi Ibrahim dengan Putranya Ismail tentang mimpi
sang Ayah sebagai seorang Nabi dan Kekasih Allah.
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku
Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".
103. Tatkala keduanya Telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
104. Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
105. Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi
itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik.
106. Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang
nyata.
107. Dan kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar[1285].
[1284] yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah
mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana-
kannya.
[1285] sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim
dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan
korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). peristiwa Ini
menjadi dasar disyariatkannya qurban yang dilakukan pada hari raya haji.
Kisah ini merupakan puncak manifestasi keimanan seorang
Khalilullahi Ibrahim dan Putranya Ismail a.s. yang semestinya kita teladani
bersama. Proses terjadinya mimpi, dan dialog antara seorang Ayah dan Putranya
sama sekali kita tidak mendapatkan sebuah kata yang berkonotasi pasimis
terhadap perintah Allah, tidak ada konprontasi apatalagi keangkuhan, dan
hal-hal lain yang berseberangan dengan Allah, yang ada hanyalah istislam atau
kepasrahan terhadap sang pencipta.
وما كان إبراهيم يهوديا ولا نصرانيا ولكن كان حنيفا مسلما
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Maha besar
Engkau ya Allah yang telah menciptakan jiwa-jiwa seperti Ibrahim dan Ismail,
yang memelihara jiwa-jiwa mereka dalam keterpautan asmara dengan Zat-Mu. Allah
jadikan jiwa-jiwa kami seperti jiwa Ibrahim dan Ismail.!!!
Saya akan menarik kisah luhur ini pada frame dan bingkai
kehidupan kita, dan mencoba mencaribalancy antara
perkataan Ibrahim dan putranya ismail dalam dialog tersebut pada beberapa point
berikut :
"Hai anakku
Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!"
Putra satu-satunya Ismail, anak semata wayang yang telah
tumbuh menjadi seorang laki-laki yang mampu membantu ayah dan ibunya, sang Ayah
tiba-tiba mendapat perintah Allah untuk menyembelihnya. mari mengadakan
diagnosa atau menganalisa sebuah kebasaran hati seorang Ibrahim dengan
mengambil perbandingan dengan jiwa-jiwa sekarang ini lalu bertanya masih adakah
jiwa-jiwa seperti Ibrahim dikalangan kita lingkungan KBRI Addis Ababa, ataukah
kisah ini hanya tinggal penghias Mushaf-Mushaf yang dijual di Markatu. That is
challenges to be Ibrahim soul and his spirit.
Memang tidak mudah untuk melatih jiwa kita untuk sampai
pada tataran Istislam atau tingkat tinggi kepasrahan diri
kepada Allah –Hanifan Musliman- akan tetapi saya yakin ketika sebuah kemauan
terbetik dalam hati untuk berusaha sampai pada tataran tersebut, insya Allah
kemudahan akan selalu diciptakan Allah untuk kita, akan selalu ada jalan untuk
sampai pada niat tersebut, kemauan, semangat, ikhtiar, usaha dan doa adalah
pilar untuk sampai kepada semua tujuan yang kita inginkan.
Maka
fikirkanlah apa pendapatmu wahai anak-ku Ismail!!!!
Sebagai seorang ayah yang bijak, beliau selalu mengkoordinasikan
dan memusyawarakan keinginannya dan juga merupakan iradat Allah
kepada putranya. Sama sekali tidak terlihat sikap egois dan ingin menang
sendiri. Beliau seorang bijak, árif dan mempunyai budi pekerti yang luhur
terhadap anak dan keluarganya, apatalagi kepada orang lain, apatalagi kepada
bawahan dan teman sekantor, saya yakin jiwa seperti beliau mampu menciptakan
suasana kerja yang kondusif dan konstruktif. penafsiran ini pada konteks
seorang Ayah dan anak.
Akan tetapi ketika kita tarik ayat ini dan memposisikan
ibrahim sebagai seorang Nabi, maka pertanyaan Ibrahim ini beraliansi lain,
yaitu ingin mengetahui kondisi kejiwaan putranya Ismail sejauh mana makrifatnya
kepada Allah, bukan maksud untuk meminta muafaqah atau persetujuan dari Ismail
Ismail
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Sebuah jawaban yang spektakuler, Begitu indah dan enak
terdengar di telinga, jawaban seorang anak kepada seorang Ayah, begitu tinggi
tingkat dan derajat makrifatnya, begitu smooth kondisi jiwa sang anak untuk
melontarkan kata-kata tersebut diatas, lagi lagi saya sampaikan kepada jamaáh,
sama sekali tidak ada konfrontasi ataupun secuil keangkuhan…nothing, it’s
really a perfect soul.
Di era serba global sekarang ini, me-maintenance jiwa seorang anak to be Ismail Soul,
itu tidak gampang, dengan kesibukan kantor yang bajibun, pergi pagi dan pulang
malam, sebuah indikasi untuk sebuah pencapaian pendidikan anak yang tidak
paripurna dalam hal duniawi dan ukhrawi. Sebagai seorang Ayah atau orang
tua, tidak saja dituntut Allah untuk memanjakannya dengan kehidupan duniawi,
akan tetapi persoalan ukhrawi menjadi page one dalam pendidikan dunia-ukhrawi anak.
Anak kita jago dalam bahasa inggris dalam semua aspek ilmu pengetahuan dan
sains akan tetapi ketika kita menanyainya tentang apa bahasa inggris daripada Laa ilaha illallah Muhammadarrasulullah, nilainya Nol
besar….sebuah methode pendidikan yang tidak universal alias gagal.
Sebagai seorang Ayah kita wajib mencontoh bagaimana
Ibrahim mendidik Ismail untuk mengucapkan jawaban tersebut diatas. Dan sebagai
seorang Anak seharusnya mencontoh Ismail bagaimana beliau mampu pada pencapaian
tawakkal dan istislam kepada sang Ayah dan kepada perintah
Allah.
وبالوالدين إحسانا
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil
Hamd….
Ya Allah Engkau yang menciptakan, mengatur dan menentukan
semua sesuatu, dengan keutamaan Hari Arafah jadikanlah jiwa orang tua kami
seperti Jiwa Ibrahim…!!!
Ya Allah dengan memontum sejarah Ibrahim dan Ismail ini,
dan keberkahan hari ini mohon jadikan Jiwa anak-anak kami seperti Jiwa Ismail.
Allahumma Taqabbal, allahumma Amien..
هذا وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المؤمنين والمؤمينات والحمد
لله رب العالمين.
Sweet Home-Jamo, 05 Oktober 2011
Pukul 23.07
A. Aidid