Wednesday, October 5, 2011




KHUTBAH IDHUL ADHA 1432 H/2011 M.
Wisma Duta KBRI Addis Ababa
 Ahad, 6 Nopember 2011

SEBUAH PUNCAK MANIFESTASI KEIMANAN HAMBA ALLAH







الله أكبر - الله أكبر – الله أكبر - الله أكبر – الله أكبر 
الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر 
الله أكبر كبيرا والحمدُ لله كثيرا وسبحان الله وبحمده بُكرةً وأَصِيْلا. الله أكبر ما تحرّك متحرِّكٌ وارتجّ، وَلَـبَّـى مُحرِمٌ وحَجّ، وقصدَ الحرَمَ مِن كُلّ فجّ، وأُقيمتْ لله في هذه الأيامِ مناسكُ الحجّ. الله أكبرُ الله أكبرُ ما نُحرتْ بمنى النحائر، وعُظّمَتْ لله الشعائر، وسارَ إلى الجمراتِ سائر، وطافَ بالبيتِ العتيقِ زائر، الله أكبرُ إذا سارُوا قبلَ طلوعِ الشمسِ إلى مِنى، ورمَوا جمرةَ العقبةِ وقد بَلَغُوا الـمُنى، اللهُ أكبرُ إذا سارُوا لزيارةِ الكعبة مُكبّرين، وللسَّعْيِ بينَ الصَّفا والمروةِ مُهَروِلين، وللحَجَرِ الأَسْوَدِ مُسْتَلِمِينَ ومُقْبِلين، ومنْ ماءِ زمزمَ شارِبينَ ومُتَطَهِّرين، فَسُبْحَانَ اللهِ حِيْنَ تُمسُونَ وَحِيْنَ تُصْبِحُون، ولهُ الحمدُ في السَّمَاوَاتِ والأرضِ وعَشِيًّا وَحِيْنَ تُظْهِرُون، سُبحانَ ذِيْ الـمُلْكِ وَالملَكُوت، سُبحانَ ذِي العِزّةِ والجبَرُوت، سبحانَ ربِّك ربِّ العزّةِ عَمَّا يَصِفُون، وسلامٌ على المرسلينَ والحمدُ للهِ ربِّ العالمين
الحمدُ لله مُنَزِّلِ العَادِيَاتِ وَالقَارِعَة الذي مَنّ علينا بهذهِ الصَّبيحةِ المباركةِ اللامِعَة، والصلاةُ والسلامُ على سيِّدنا محمّدٍ ذِي الأنوارِ السَّاطِعَة وعلى ءالِهِ وأَصحابِهِ الطيّبينَ الطاهرين ومَنْ تَبِعَهُم بإحسانٍ إلى يومِ الدين
أما بعدُ فيا إخوةَ الإيمانِ والإسلام، أوصيكم ونفسي بتقوى اللهِ العظيم، يقولُ الله تبارك وتعالى في القرءان الكريم:" فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنّي أَرَى فِي المَنَامِ أَنّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ، فَلَمَّا أسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِيْن، وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ، قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي المُحْسِنِينَ، إِنَّ هَذَا لَهُوَ البَلَاءُ المُبِينُ، وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ". الصَّافات/102-107


Allahu Akbar, Puji dan Syukur hanya kepada-Nya, Allah s.w.t. yang telah memberikan kita semua nikmat iman dan islam dan memelihara persentasi keimanan kita semua, sehingga dengan spirit keimanan yang kita miliki sekarang ini, mampu menjadi formulasi handal dan motivator untuk memberikan komando kepada raga kita untuk hadir dan bersua di tempat yang penuh mubarakah ini, Wisma Duta KBRI Addis Ababa, guna melakukan rangkaian Syariat Rasulullahi Muhammad s.a.w dan Khalilullahi Ibrahim a.s.

Allahu Akbar walillahil hamd,
Shalawat dan Salam kepada Baginda Rasulullahi s.a.w. beliau adalah seorang figure duniawi dan ukhrawi, sebagai pemimpin yang mampu dan sukses mengajari, mengayomi dan memberikan istinary atau pencerahaan kepada umat manusia, yang telah mengajarkan kita semua bagaimana berhaji ke Baitullahil haram, bagaimana wukuf di Arafah, serta mengajarkan ummatnya yang belum mendapat panggilan Allah ke Baitullahil Haram untuk berpuasa pada hari Arafah.

Hamba Allah…
Hari ini, saya mengajak para jamaáh untuk kembali menyimak prosesi bagaimana dan apa landasan hukum perintah berkurban, sebuah ritual yang telah dijalankan beratus-ratus tahun lalu, dari zaman Khalilullahi Ibrahim yang diabadikan dalam Al-Qurán sampai pada generasi kita sekarang.

Al-Saffat 102-107 merekam salah satu peristiwa penting dialog antara seorang Khalilullahi Ibrahim dengan Putranya Ismail tentang mimpi sang Ayah sebagai seorang Nabi dan Kekasih Allah.
 102.  Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
103.  Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
104.  Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
105.  Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
106.  Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107.  Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1285].

[1284]  yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya.
[1285]  sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). peristiwa Ini menjadi dasar disyariatkannya qurban yang dilakukan pada hari raya haji.


Kisah ini merupakan puncak manifestasi keimanan seorang Khalilullahi Ibrahim dan Putranya Ismail a.s. yang semestinya kita teladani bersama. Proses terjadinya mimpi, dan dialog antara seorang Ayah dan Putranya sama sekali kita tidak mendapatkan sebuah kata yang berkonotasi pasimis terhadap perintah Allah, tidak ada konprontasi apatalagi keangkuhan, dan hal-hal lain yang berseberangan dengan Allah, yang ada hanyalah istislam atau kepasrahan terhadap sang pencipta.

وما كان إبراهيم يهوديا ولا نصرانيا ولكن كان حنيفا مسلما

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Maha besar Engkau ya Allah yang telah menciptakan jiwa-jiwa seperti Ibrahim dan Ismail, yang memelihara jiwa-jiwa mereka dalam keterpautan asmara dengan Zat-Mu. Allah jadikan jiwa-jiwa kami seperti jiwa Ibrahim dan Ismail.!!!

Saya akan menarik kisah luhur ini pada frame dan bingkai kehidupan kita, dan mencoba mencaribalancy antara perkataan Ibrahim dan putranya ismail dalam dialog tersebut pada beberapa point berikut :

  "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!"

Putra satu-satunya Ismail, anak semata wayang yang telah tumbuh menjadi seorang laki-laki yang mampu membantu ayah dan ibunya, sang Ayah tiba-tiba mendapat perintah Allah untuk menyembelihnya. mari mengadakan diagnosa atau menganalisa sebuah kebasaran hati seorang Ibrahim dengan mengambil perbandingan dengan jiwa-jiwa sekarang ini lalu bertanya masih adakah jiwa-jiwa seperti Ibrahim dikalangan kita lingkungan KBRI Addis Ababa, ataukah kisah ini hanya tinggal penghias Mushaf-Mushaf yang dijual di Markatu. That is challenges to be Ibrahim soul and his spirit.

Memang tidak mudah untuk melatih jiwa kita untuk sampai pada tataran Istislam atau tingkat tinggi kepasrahan diri kepada Allah –Hanifan Musliman- akan tetapi saya yakin ketika sebuah kemauan terbetik dalam hati untuk berusaha sampai pada tataran tersebut, insya Allah kemudahan akan selalu diciptakan Allah untuk kita, akan selalu ada jalan untuk sampai pada niat tersebut, kemauan, semangat, ikhtiar, usaha dan doa adalah pilar untuk sampai kepada semua tujuan yang kita inginkan.


Maka fikirkanlah apa pendapatmu wahai anak-ku Ismail!!!!
Sebagai seorang ayah yang bijak, beliau selalu mengkoordinasikan dan memusyawarakan keinginannya dan juga merupakan iradat Allah kepada putranya. Sama sekali tidak terlihat sikap egois dan ingin menang sendiri. Beliau seorang bijak, árif dan mempunyai budi pekerti yang luhur terhadap anak dan keluarganya, apatalagi kepada orang lain, apatalagi kepada bawahan dan teman sekantor, saya yakin jiwa seperti beliau mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif dan konstruktif. penafsiran ini pada konteks seorang Ayah dan anak.

Akan tetapi ketika kita tarik ayat ini dan memposisikan ibrahim sebagai seorang Nabi, maka pertanyaan Ibrahim ini beraliansi lain, yaitu ingin mengetahui kondisi kejiwaan putranya Ismail sejauh mana makrifatnya kepada Allah, bukan maksud untuk meminta muafaqah atau persetujuan dari Ismail

Ismail menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Sebuah jawaban yang spektakuler, Begitu indah dan enak terdengar di telinga, jawaban seorang anak kepada seorang Ayah, begitu tinggi tingkat dan derajat makrifatnya, begitu smooth kondisi jiwa sang anak untuk melontarkan kata-kata tersebut diatas, lagi lagi saya sampaikan kepada jamaáh, sama sekali tidak ada konfrontasi ataupun secuil keangkuhan…nothing, it’s really a perfect soul.

Di era serba global sekarang ini, me-maintenance jiwa seorang anak to be Ismail Soul, itu tidak gampang, dengan kesibukan kantor yang bajibun, pergi pagi dan pulang malam, sebuah indikasi untuk sebuah pencapaian pendidikan anak yang tidak paripurna dalam hal duniawi dan ukhrawi. Sebagai seorang Ayah  atau orang tua, tidak saja dituntut Allah untuk memanjakannya dengan kehidupan duniawi, akan tetapi persoalan ukhrawi menjadi page one dalam pendidikan dunia-ukhrawi anak. Anak kita jago dalam bahasa inggris dalam semua aspek ilmu pengetahuan dan sains akan tetapi ketika kita menanyainya tentang apa bahasa inggris daripada Laa ilaha illallah Muhammadarrasulullah, nilainya Nol besar….sebuah methode pendidikan yang tidak universal alias gagal.

Sebagai seorang Ayah kita wajib mencontoh bagaimana Ibrahim mendidik Ismail untuk mengucapkan jawaban tersebut diatas. Dan sebagai seorang Anak seharusnya mencontoh Ismail bagaimana beliau mampu pada pencapaian tawakkal dan istislam kepada sang Ayah dan kepada perintah Allah.
وبالوالدين إحسانا

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd….
Ya Allah Engkau yang menciptakan, mengatur dan menentukan semua sesuatu, dengan keutamaan Hari Arafah jadikanlah jiwa orang tua kami seperti Jiwa Ibrahim…!!!
Ya Allah dengan memontum sejarah Ibrahim dan Ismail ini, dan keberkahan hari ini mohon jadikan Jiwa anak-anak kami seperti Jiwa Ismail.

Allahumma Taqabbal, allahumma Amien..

هذا وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المؤمنين والمؤمينات والحمد لله رب العالمين

Sweet Home-Jamo, 05 Oktober 2011
Pukul 23.07
A. Aidid


Taro ki ada-ada

HTML Comment Box is loading comments...

Followers