Sebagian besar diantara kita gaflah
atau lalai akan keutumaan bulan Sya’ban, sebagian orang-orang terlalu sibuk
dengan kegiatan dan program yang ada sehingga sedikit lalai dan melupakan
eksistensi kemanusiaannya untuk selalu berusaha meningkatkan hubungan
vertikalnya.
Telah menjadi sebuah tradisi yang melengket
dan sulit dipisahkan, bangsa arab ketika berakhir bulan Rajab dan berawal bulan
Sya’ban setiap suku dari mereka senang untuk berperang dan mencari ghanimah
atau harta rampasan perang, mereka
senang mencari kebutuhan sehari-hari terutama air karena panas yang tidak
ketulung. Karena adanya kesibukan tersebut, hati dan pikiran cendrung untuk
berkonsentrasi pada apa yang menjadi target duniawinya dengan sedikit gaflah
akan kepentingan dan kebutuhan rohnya.
Kata Sya’ban/ شعبان
merupakan bentuk tunggal dari kata plural شعبانات وشعابين adalah bulan kedelapan
dari kelender Hijriyah, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Dalam Mu’jam معانى الأســـماء dijelaskan bahwa
dikatakan sya’ban karena orang-orang pada waktu tersebut
berkelompok-kelompok sibuk mencari air karena panas yang menyengat.
Dari beberapa hadits
yang ada hubungannya dengan bulan sya’ban, umumnya menyoroti sikap gaflah
atau kelalaian akan keutamaan bulan ini, sementara sebagian besar dari 29 hari
atau 30 hari di bulan Sya’ban ini, tauladan Muhammad banyak melakukan puasa.
Disinyalir dalam
sebuah Hadits yang diriwatkan oleh Al-Nasai dari Usama bin Zaed r.a. :
عن أسامة بن زيد رضي الله عنهما قال: قال يا رسول الله: لم
أرك تصوم من شهر من الشهور ما تصوم من شعبان؟ قال] : ذاك شهر تغفل الناس فيه عنه، بين رجب ورمضان، وهو شهر ترفع فيه
الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم [رواه
النسائي
Artinya
:
Dari Usamah bin Zaed
yang diridhoi Allah pada keduanya berkata
: Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihat Anda berpuasa pada bulan apapun lebih dari pada
Anda berpuasa di bulan Sya’ban. Rasulullah menjawab : Bulan itu dilupakan oleh kebanyakan
orang, antara bulan Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan dimana semua amalan
diangkat kepada Rabbul ‘Alamin, dan saya senang ketika amalan saya diangkat
saya dalam keadaan berpuasa.
Dari Hadits tersebut jelas terurai bahwa bulan Sya’ban
adalah bulan dimana amalan setiap hamba akan diangkat ke langit, tidak ada
keterangan secara detail yang menjelaskan bahwa amalan-amalan apa saja yang diangkat pada bulan ini, hanya saja
beberapa ulama memberikan penjelasan bahwa amalan itu akan diangkat menurut
tiga kategori yaitu amalan harian,
mingguan dan tahunan, berikut detailnya :
Amalan Harian :
Siang : Pada awal malam (Shalat Ashar)
Malam : Pada
awal siang (Shalat Fajar)
Amalan Mingguan : Senin dan Kamis
Amalan Tahunan : Bulan Sya’ban
Pada artikel
ini, Penulis dengan memohon pertolongan
Allah mencoba menjelaskan ketiga kategori amalan diatas dengan mengetengahkan beberapa
ayat Al-Qur’an mengenai penafsiran ترفع الأعمال إلى الله /amalan
diangkat kepada Allah sebagai berikut :
1.
Qhafir
ayat 7 sebagai acuan dari penafsiran
amalan yang diangkat sebagai pemberitahuan kepada Para Malaikat Allah,
Allah berfirman :
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ
وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ
وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً
وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ ]غافر :7[
7.
(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di
sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta
memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya
Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah
ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan
peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,
Ayat ini menurut sebagian ulama menjelaskan bahwa
amalan-amalan seorang hamba diangkat ke langit dengan maksud memberitahukan
para malaikat pemangku Arsy Allah dan malaikat-malaikat sekeling Arsy tentang
amalan baik hamba tersebut, dengan demikian para malaikat akan selalu mendoakan
hamba tersebut agar senantiasa dalam perlindungan rahmat dan rahim-Nya.
2.
Al-Mutahaffifien,
18-20, menjelaskan tentang amalan perbuatan dan perkataan yang diangkat untuk
disalin di kitab yang berada di ‘Illiyin :
كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْأَبْرَارِ
لَفِي عِلِّيِّينَ (18) وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ (19) كِتَابٌ مَرْقُومٌ
(20 المطففين
18. Sekali-kali tidak, Sesungguhnya Kitab
orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam 'Illiyyin. [1564]
19. Tahukah kamu apakah 'Illiyyin itu?
20. (yaitu) Kitab yang bertulis,
[1564] 'Illiyyin: nama Kitab yang mencatat segala
perbuatan orang-orang yang berbakti.
3.
Fathir ayat
10 yang menjelaskan akumulasi amalan dan pengklasifikasian amalan yang baik
dengan yang buruk :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ
فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ
وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ
عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ} [فاطر: 10]
10. Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka
bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan
yang baik[1249] dan amal yang saleh dinaikkan-Nya[1250]. dan orang-orang yang
merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. dan rencana jahat mereka
akan hancur.
[1249] sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa
perkataan yang baik itu ialah kalimat tauhid yaitu Laa ilaa ha illallaah; dan
ada pula yang mengatakan zikir kepada Allah dan ada pula yang mengatakan semua
perkataan yang baik yang diucapkan Karena Allah.
[1250] maksudnya ialah bahwa perkataan baik dan amal
yang baik itu dinaikkan untuk diterima dan diberi-Nya pahala.
Terkait
masalah penjelasan timing atau waktu pelaporan amalan-amalan seorang
hamba, perlu meningkatkan ekstra konsentrasi vertikal kita pada post-post waktu
yang telah ditentukan, dalam artian ekstra Ibadah di waktu Ashar, Maghrib
sebagai laporan harian, senin dan Kamis sebagai laporan mingguan dan bulan Sya’ban
sebagai laporan tahunan.
Rasulullah
Bersabda untuk laporan amalan senin dan kamis :
إن الأعمال ترفع يوم
الاثنين و الخميس ، فأحب أن يرفع عملي و أنا صائم
Sesungguhnya amalan-amalan itu akan
diangkat pada hari senin dan kamis, olehnya itu saya senang ketika amalan saya diangkat saya dalam keadaan
berpuasa
H.R. Abu
Hurairah dan Usama bin Zaed dan dishahkan oleh Al-Bani [Kitab Shahihul Jami’ No.
Hadits 1583 ]
Demikian
uraian kali ini, tentunya artikel ini tidak terlepas dari kesalahan dan
kekhilafan, dan penulis berharap semoga
dapat memberi manfaat untuk pembaca Insya Allah.
A.Aidid
12 Sya’ban 1433 H. (2 Juli 2012)
Ba’da
Ashar, 16.30
Ruangan 27 Kantor KBRI Addis Ababa