Engkau Muhammad, Ahmad, Yasin, Engkau orang terpuji itu dalam kitab agama hindu Beha Pesiyaporana dan Engkau pula yang digelari Paraclete dalam taurat dan sebagai Nabi dan Rasul di Akhir zaman dalam sabda Masehi -Injil Yahya, 16:12-17-.
Hari ini, Desember 29,2011 berada di kotamu dengan tatanan Islamic social society dari cikal bakal generasi anshar menjadikan pandangan mata dan hati sangat mengagumi setiap jerih upayamu, kekaguman ini tak terukur dengan kata-kata untuk melukiskan atau mengungkapkanmu.
Engkau Rasulullah, figurmu menjadi dambaan generasi dan era sekarang, kebanyakan pemimpin dunia lebih mengutamakan dunia dan mengenyampinkan urusan ummat dan akhiratnya, nasehat-nasehat dalam bingkai hadits-haditsmu hanya menjadi lembaran tak bermakna dan mereka berusaha memberikan lebel dan standar tersendiri status halal dan haram dalam syariatmu menurut hawa nafsu mereka sendiri.
Muhammad, hari ini Penulis menemukan berbagi rahasi dan jutaan makna dibalik pemberian namamu, [Klick : Rahasia nama Muhammad dan Ahmad - http://www.sayaberitahu.com/2011/12/rahasia-tersembunyi-di-balik-nama.html?fb_comment_id=fbc_10150504561936385_20298831_10150506176266385#f24e6e856429a2a ], akan tetapi semuanya masih belum menggugah hati mereka tentang kebenaran yang Engkau sampaikan, ataukah mereka akan lebih senang menjadi Azazil yang diusir Allah dari Jannah-Nya.
Ahmad, Engkau adalah makhluk Cahaya pertama yang diciptakan sebelum jagad raya ini tercipta, sebagian mengenalmu di alam cahaya dan term ruhiyah, sebagian yang lain terpedaya, tertipu dan silau dengan pesona Azazil dalam bingkai kemajuan, kemodernan dan pergaulan bebas.
Muhammad, Ahmad, batas-batas yang pernah Engkau gariskan hampir terhapus karena kemalasan, ketidaktahuan, kesombongan dan kecongkakan generasi sekarang, dan Mahdi dari nasabmu yang Engkau pernah sinyalir untuk kembali memberi peringatan dan pencerahan juga belum kunjung datang, sementara Azazil dan sekutunya semakin melancarkan aksinya dalam setiap kesempatan dalam varian propaganda duniawi.
Wahai Sang Pencipta Ahmad dan pembuat scenario Muhammad, Allah ya Kariem…Penulis mohon kepada-Mu semoga dengan kunjungan spiritual ke makam dan masjid Beliau ini mampu membenahi, merehab kembali bagian bagian retak akan syariatmu dihati Penulis, memunculkan kembali, atau bahkan menambah sense belonging akan agama yang beliau pernah wasiatkan, berikanlah petunjuk kepada Istri dan anak-anak dan orang-orang yang ikut dalam rombongan ini. amin
Connect your Heart to the Allah and to the peoples
Yang Terhormat Bapak Duta Besar dan Ibu, Semoga
dimuliakan Allah
Bapak-Bapak Home staff semoga senantiasa dalam Rahmat
dan Rahim Allah
Serta saudara(i) yang berbahagia semoga kita semua selalu
dalam maghfiratullah
Kepluralan aliran atau mazhab di Indonesia melahirkan
beberapa persepsi bahwa YASINAN (baca : membaca Surah Yasin secara berjamaáh)
merupakan bi’dáh dalam agama, dalam hal ini karena YASINAN adalah sebuah bi’dáh
atau tambahan dalam agama ini, jamak orang-orang awam tidak mau ikut serta
untuk YASINAN, bahkan sebagaian mereka (ekstrimis) menganggapnya sebagai
perbuatan sia-sia dan melanggar sunnah Rasul.
Hubungannya dengan anggapan tersebut diatas ada
beberapa points yang penulis akan mencoba jelaskan disini sebagai berikut :
01.pengertian bidáh
02.Yasinan secara berjamáh
03.Rahasia dan Manfaat Yasinan
Pertama :Pengertian Bidáh
Bidáh dalam bahasa arab (terminology) berarti baru
atau tambahan, sedangkan menurut syarí ulama fiqih memberikan pengertian bidáh
sebagai semua perbuatan yang dilakukan yang tidak pernah dilakukan oleh
Rasulullah dan para shahabatnya.
Para Ulama Fiqhi mengklasifikasin bidáh pada dua
kategori, ada yang dinamakan bi’dah hasanah, atau bahasa lainnya mahmudah,
ada juga yang disebut bi’dahsayyi’ah atau mazmuumah. Kemudian
Ulama Fiqih kembali memberikan batasan Bidáh hasanah adalah semua perbuatan
baru atau tambahan yang selaras dengan ajaran dasar syaríah dan tidak
bertentangan dengan garis-garis yang telah ditentukan oleh agama. Bidáh sayyi’
ah adalah sebaliknya, perbuatan perbuatan baru atau tambahan yang tidak selaras
dengan ajaran dasar syariáh dan tentunya bertentangan dengan garis-garis yang
telah ditentukan agama.
Sekarang Penulis mengajak para hadirin dan hadiraat
untuk bersama-sama mencoba mengklaim apakah Yasinan termasuk pada kategori
pertama atau yang kedua dengan menggunakan standar manfaat atauh ihtisaan,
dan barometer pengaplikasian Yasinan dengan merujuk pada beberapa pointers
berikut :
Pointer Positives/hasanah atau mahmudah
-membaca Al-Qurán berpahala dan
merupakan ibadah dan Yasin merupakan salah satu surah dalam Al-Qurán
-Yasinan merupakan sarana atau
media untuk saling share, saling mengingatkan satu dengan yang lain akan
kebaikan
-Yasinan dapat menciptakan
kebersamaan dan mempererat silaturrahim.
Pointer Negative/sayyi’ah atau mazmuumah
-Yasinan secara berjamaáh tidak
pernah dilakukan oleh Rasulullah olehnya itu Yasinan semacam ini termasuk bidáh
-Kebanyakan orang yang hadir
untuk Yasinan hanya untuk hal lain seperti memenuhi kebutuhan perut atau karena
dinas sehingga unsur ibadah dalam yasinan tersebut cenderung tidak ada, bahkan
dapat memunculkan sifat ria dan mempersekutukan Allah.
-Yasinan berpotensi sebagai media
gossip dan sarana ghibah dan namimah
dari beberapa pointers diatas, baik pointer hasanah
maupun sayyi’ah menurut hemat penulis, kita dapat memposisikan bidáh pada dua
kategori hukum syar’i, yang pertama Yasinan dapat menjadi hasanah ketika
pointers positive teraplikasi dalam Yasinan tersebut, dan boleh jadi hokum
Yasinan tidak boleh ketika terkontaminasi dengan pointers negative. Nah
bagaimana menciptakan Yasinan menjadi Hasanah atau mahmuudah itu sangat
tergantung pada iklim jamaáh dan personal masing-masing.
KEDUA : Yasinan Secara berjamáh
Ritual atau tradisi Yasinan yang kita lakukan sekarang
ini di Wisma Duta dan yang dilakukan ummat islam khususnya di Indonesia dapat
digategorikan sebagai salah satu syiar agama, dalam hal ini ritual semacam ini
tidak dapat dipisahkan dari perkembangan dan kebudayaan islam, ia merupakan
khazana yang perlu dipertahankan.
Megadakan tradisi semacam ini, akan lebih
menumbuhkembangkan spirit kebersamaan, keakraban, dan saling mengatahui
pribadian satu dengan yang lain yang kesemuanya bermuara pada asas
silaturrahim, apatalagi dalam zona KBRI yang kwantitas WNI nya sangat terbatas,
silaturrahim jangan pernah terputus diantara kita, bahkan status jabatan kadang
kita harus kesampingan demi mewujudkan keutuhan silaturrahim.
Al-Qurán sangat menganjurkan terjalinnya silaturrahim
antara kita, bahkan Q.S. Annisa pada potongan ayat satu, Allah menempatkan
perintah untuk tetap menjaga terjalinnya silaturrahim setelah perintah
bertaqwah kepada-Nya.
Allah berfirman :
1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
[263] Maksud
dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk)
Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula
yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang
dari padanya Adam a.s. diciptakan.
[264] Menurut
kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada
orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya
bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
Dalam tinjuan linguistic penempatan perintah untuk
tidak memutuskan silaturrahim setelah perintah bertaqwah kepada Allah
menjadikan posisi perintah tersebut sangat prinsipil dan urgent untuk
dilaksanakan, bahkan dalam beberapa penjelasan mengenai pemutusan silaturrahim
Rasulullah memberikan warning kepada
kita semua bahwa batas maksimal seseorang tidak bertegursapa karena benci
adalah tiga hari, lebih dari itu keduanya dapat digolongkan sebagai orang
kafir.
KETIGA : Rahasia dan manfaat Yasinan
Keutamaan Surah Yasin sebagai jantung Al-Qurán
menjadikan surah ini sering dibaca bahkan sering digunakan sebagai bacaan atau
jampi untuk menyembukan orang sakit, atau untuk mengusir hantu atau syetan.
Secara umum para Ulama Tafsir sepakat mengatakan bahwa
Al-Qurán diturunkan bukan untuk saintis, bukan sebagai bacaan untuk
menyembuhkan orang sakit, atau mengusir hantu atau syetan, akan tetapi Al-Qurán
merupakan kitab pedoman yang berisikan ajaran atau kode etik bagaimana
menjalani hidup di dunia, setiap huruf, kata, kalimat, ayat, dan setiap surah
dari Al-Qurán merupakan mukjizat sepanjang zaman, dan bagi orang yang
membacanya mendapatkan pahala atau award dari Allah.
Karena Al-Qurán adalah Mukjizat sepanjang zaman,
tentunya setiap dari Al-Qurán itu dapat melahirkan hal-hal yang supranatural,
atau diluar kebiasaan manusia/adat atau melampaui hukum sebab akibat.
Membacakan Yasin misalkan dapat menyembuhkan orang sakit, atau memulihkan
kembali orang yang kesurupan pada kaadaan normal, itu bisa saja terjadi, atau
misalkan membaca surah Yasin dengan tendensi tertentu, seperti ingin dikabulkan
hajatnya, atau ingin kemenangan dalam peperangan dsb…itu sah-sah saja dengan
catatan tidak mengangkap Yasin sebagai penyembuh, pengabul doa, akan selah satu
media atau saluran yang paling bersih, jernih yang menjadi penyebab diijabahnya
doá kita.
Terakhir…
Berikut ini Penulis share amalan mengenai surah
Yasin kepada majlis sesuai dengan anjuran
salafusshaleh dan orang-orang Thariqah sebagai berikut :
01.Hendaknya membaca Surah Yasin setiap selesai Shalat Subuh sebanyak 4
kali dan mengulangi lafadz Yasin sebanyak 7 kali dari setiap bacaan.
02.Ketika sampai pada kalimat ذلك تقدير العزيز الحكيم hendaknya
diulangi sebanyak 14 kali
03.Ketika sampai pada kalimat سلام قولا من رب رحيم ulangi sebanyak 36 kali
04.Ketika sampai pada kalimat بلى وهو الخلاق العليم ulangi sebanyak 73 kali
05.Kemudian membaca Surah Al-Fatihah yang
dilanjutkan dengan bacaan Bismillah sebanyak 11 kali
06.Bedoálah untuk kebaikan yang diinginkan
insyallah diijabah.
Hal yang paling penting adalah
melakukannya secara terus menerus, menghindari hal-hal yang haram terutama
makanan, memperbanyak puasa, dan sedikit makan, menurut seorang ahli Thariqah
insya Allah akan datang dalam tidur seorang Khaddaam (baik dari golongan jin
muslim maupun dari golongan malaikat) yang akan mengajarkan rahasia-rahasia
Allah. Wallahu A’lam Bisshawaab.
Selamat mencoba dan semoga
bermanfaat insya Allah.
Terima kasih atas emailnya pak,
saya sudah membaca beberapa komentars, dan menarik kesimpulan bahwa Habib Zen
Aljufri mencoba megatakan bahwa anjing
boleh kita pelihara sesuai dengan standarisasi semua mazhab dalam sunni, dan
beradasarkan pada Q.S. Al-Maidah 4.
4. mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi
mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan
yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya
untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah
kepadamu[399]. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu[400], dan
sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya)[401]. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya.
[399] Maksudnya: binatang buas itu
dilatih menurut kepandaian yang diperolehnya dari pengalaman; pikiran manusia
dan ilham dari Allah tentang melatih binatang buas dan cara berburu.
[400] Yaitu: buruan yang ditangkap
binatang buas semata-mata untukmu dan tidak dimakan sedikitpun oleh binatang
itu.
[401] Maksudnya: di waktu melepaskan
binatang buas itu disebut nama Allah sebagai ganti binatang buruan itu sendiri
menyebutkan waktu menerkam buruan.
Saya mencoba membuka buku-buku
hadits dan buku-buku fiqhi, karena untuk menjawab diskusi diatas setidaknya
perlu merefresh kembali pengatahuan fiqhi waktu belajar di tsanawiyah dulu,
dalam image saya selama ini anjing merupakan binatang najis zaatiyah –zatnya
yang najis- (mazhab Syafi’i), apatalagi air liurnya, Rasulullah memerintahkan
kita untuk mencuci bejana-bejana yang sempat dijilati atau diminum oleh anjing
sebanyak 7 kali salah satu diantaranya tanah, dan akan lebih afdhal kalo tanah
didahulukan dari air, begitu kira-kira seingat saya dalam kitabs fiqih mazhab
syafi’i.
Pada dasarnya ada beberapa hadits
yang berkaitan dengan permasalahan hukum anjing, berikut ini saya paste kan
dari beberapa kitabs hadits tentang hukum dan seluk beluk anjing :
Barangsiapa yang menyentuh (mengusap)
anjing, sesungguhnya akan berkurang pahalanya setiap hari satu Qirhat kecuali
anjing yang disentuhnya adalah anjing penjaga atau penjanga binatang ternak.
02.Hadits Muslim : 2943
روى مسلم عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
Barangsiapa yang memelihara anjing kecuali
anjing penjaga ternak, atau anjing untuk berburu, berkuranglah pahalnya setiap
hari satu Qirath, Abdullah berkata : dan Abu Huraerah berkata : atau anjing
penjaga.
Ibn Abdul Bar berpendapat : haditsnya
ini mengindikasikan bolehnya menjadikan anjing sebagai pemburu atau penjaga
ternak atau tanaman (kebun)
03.Hadits Ibn Majah : 3640
روى ابن ماجه عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رضي الله عنه
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
( إِنَّ
الْمَلائِكَةَ لا تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلا صُورَةٌ ) صححه اٍلألباني في
صحيح ابن ماجه .
Artinya :
Ibn Majah meriwayatkan dari Ali bin
Abi Thalib yang diridhoi Allah Padanya dari Nabi s.a.w bersabda : sesunggunya
Malaikat tidak akan masuk pada suatu rumah yang terdapat anjing dan gambar.
Syeikh Albani mengangapnya Hadits Shahi dalam kitab hadits Ibn Majah.
PANDANGAN ULAMA
Jamak para ulamas berperndapat bahwa tidak dibenarkan memelihara
anjing kecuali pada tiga kategori anjings tersebut diatas (Anjing pemburu,
Anjing Penjaga ternak dan Anjing penjaga ladang), namun ada beberapa ulamas
juga berpandangan bahwa pengecualian tersebut diatas bisa dikiaskan kepada
bolehnya memelihara anjing dengan status anjing tersebut memberi manfaat dan
menolak bahaya, seperti memelihara anjing sebagai penjaga rumah.
Al-Marhum Grand Syeikh Al-Azhar Mahmud Syaltut dalam fatwanya tentang
Anjing yang berinteraksi dengan manusia dari segi najis dan kebersihannya,
beliau membolehkan memelihara anjing di rumah dengan catatan untuk menolak
bahaya dan mendatangkan manfaat, beliau juga berpendapat bahwa zat atau tubuh,
liur, dan keringat anjing adalah bersih selama anjing tersebut masih dalam
keadaan hidup, dengan demikian jika seekor anjing duduk di atas tempat tidur
atau disentuh oleh seseorang, itu tidak bernajis, dan itu tidak membatalkan
shalatnya atau ibadah-ibadah yang berkaitan dengan bersuci selama tidak ada
najis yang lengket di mulut atau di badannya, sama adanya anjing tersebut basah
atau tidak. Kondisi ini khusus untuk anjing-anjing yang mendatangkan manfaat
dan menolak bahaya. (Fatwah 16 Ramadhan
1381 H./21 Pebruari 1962)
(Fatwah ini menyalahi kaedah Hukum dasar Mazhab Syafi’i, Hanafiyah dan
Hanabila tentang status hukum tubuh, liur dan keringat anjing. imam Syafi’i,
imam Hanbali, Imam Abu Hanifah dan Al-Auza’i berpendapat bahwa anjing merupakan
Najasul Ain)
Beda halnya Syeikh Utsaemin, beliau berpendapat bahwa memelihara
anjing adalah hukumnya haram, bahkan tergolong dosa besar, karena memelihara
anjing bukan yang dikecualikan oleh Rasulullah (tekstual hadits) akan
mengurangi pahalanya setiap hari sebanyak dua Qirhat.
Setidaknya itu beberapa pendapats ulama yang masih kontraversial dari
hasil pembacaan saya pak, kalau boleh memberikan sedikit catatan bahwasanya
kesemua pendapat ulamas tersebut diatas adalah benar, hanya saja berbeda pada
pengaflikiasiannya, dalam artian ada saatnya kaum muslimin boleh memelihara
anjing dan adapula saatnya anjing haram hukumnya dipelihara. Boleh jadi ulamas
yang berpendapat bahwa seorang muslim tidak dibenarkan atau diharamkan
memelihara seekor anjing kecuali yang telah ditentukan oleh Rasulullah karena
merasa takut atau khawatir fenomena yang terjadi dibarat bagaimana orang-orang
barat hidup satu atap dengan anjing peliharaan mereka, dan menghabiskan jutaan
bahkan miliaran dana untuk anjing tersebut, sementara masih banyak manusia
untuk makan saja sangat susah (analoginya mereka memuliakan spesis anjing dari
pada spesis manusia). Ini bukan saja
berkaitan dengan masalah Taharah –bersuci- akan tetapi berkaitan dengan
jiwa, sementara menjaga jiwa dalam islam –hifdunnafs- adalah hukumnya
wajib, dalam artian bahwa seorang muslim diharamkan memelihara anjing ketika
masih ada saudaranya atau tetangganya yang masih hidup dibawah garis
kemiskinan, dengan hujjah atau alasan bahwa menjaga kestabilan kehidupan
tetangga-tetangga kita atau saudara-saudara kita baik dalam negeri maupun
diluar negeri adalah wajib menjadikan status hukum memelihara anjing itu haram.
Kalau saja kondisi masyarakat muslim sudah memadai baik dari segi
ekonomi maupun keamanaan, pada saat itu hukum kebolehan untuk memelihara anjing
berlaku dan dapat diterapkan, saya teringat sejarah islam ketika masih dalam
naungan Khilafah Islamiyah dibawah komando seorang khalifah umar bin abdul
aziz, dimana orang-orang muslim pada waktu itu kewalahan mengeluarkan zakat
malnya bukan karena mereka tidak mau mengeluarkan zakat, akan tetapi mereka
kesulitan medapatkan mustahiq zakat –orang-orang yang berhak mendapatkan
zakat-. Boleh jadi masa itu dibolehkan memelihara anjing sebagai penjaga rumah.
Wallahu a’lam bisshawaab.
Penulis masih mencoba menguraikan beberapa marhalah atau episode dalam hal kematian, kali ini mari bersama merenung dan mencoba mencari tahu rahasia dibalik alam barzakh atau lebih dikenal dengan alam kubur.
Pada dasarnya ada perbedaan antara alam barzakh dengan alam kubur, hanya saja di Indonesia kita cendrung memahaminya sebagai dua kata yang sinonim, untuk tidak terjadi kesalahpahaman ada baiknya penulis menguraikan dua akar kata tersebut.
Alam Barzakh terdiri dari dua suku kata yaitu Alam dan Barzakh, barzakh diadopsi dari bahasa arab ke bahasa Indonesia yaitu برزخ yang terdiri dari huruf ب،ر،ز، dan خ yang secara bahasa bisa berarti الحاجز atau الحد (sekap atau pembatas), para ahli bahasa meberikan pengertian secara bahasa bahwa Alam barzakh adalah pembatas antara dua alam, sedangkan menurut istilah albarzakh berarti periode tertentu antara kematian dan hari kebangkitan –judgment time-.
Para ahli Lugha –Bahasa- membedakan antara barzakh dan kubur, barzakh adalah dimensi ruhiyah yang bersifat temporal dari step pertama kehidupan Akhirat, sedangkan kubur adalah tempat jasad dibaringkan atau pembaringan terakhir setelah kehidupan dunia, ada juga yang mengatakan bahwa barzakh adalah waktu sedangkan kubur adalah tempat, keduanya masih terikat dengan kehidupan dunia, hanya saja Allah memberikan kita panca indra yang terbatas pada hal-hal yang bersifat factual, hewan mampu mendengarkan siksaan orang-orang yang telah dikubur.
Seorang Komunis berkebangsaan soviet Dr. Azzacove, pernah mengadakan penelitian untuk mengetahui pergerakan bumi dengan interval tertentu, dari penuturannya Dr. Azzacove sempat merekam adanya jutaan suara yang meminta tolong atau perlindungan pada dasar bumi, pada awalnya Dr. Azzacove mengira bahwa suara tersebut yang direkam dengan alat canggih Super sensitive microphone, adalah gesekan dari alat-alat yang digunakan pada dinding-dinding perut bumi, akan tetapi setelah mendengar dan menganalisa ulang, Dr. Azzacove berkesimpulan bahwa itu adalah suara jutaan manusia yang meminta pertolongan.
Kehidupan Alam barzakh merupakan sisi esensial dari akidah orang-orang yang beriman, mempercayai adanya balasan yang diterima langsung di alam barzakh adalah suatu keniscayaan. Banyak dalil-dalil yang menerangkan eksistensi alam barzakh baik itu dari Al-Qur’an maupun Hadits diantaranya :
QS. Almu’min : 45-46
“Dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang , dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras".
Penggalan ayat “Kepada mereka dinampakan neraka pada pagi dan petang” memberikan indicator adanya siksaan di Alam Barzakh. Jamak pakar tafsir sekaliber Imam Qurtubi, Syaukani, dan Fakhruddin al Razi berasumsi bahwa penggalan ayat tersebut diatas adalah bukti nyata adanya siksaan di Alam barzakh. Ibn Katsir mengatakan bahwa penggalan ayat tersebut diatas menjadi pokok Akidah terbesar yang menjadi dalil bagi pengikut mazhad ahlussunnah wal jama’ah tentang adanya balasan di Alam Barzakh.
QS. Albaqarah : 145
“Dan jangan kamu sekalian mengatakan bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah adalah amwaat (orang-orang mati) akan tetapi mereka itu hidup sedang kalian tidak merasakannya”.
Kedua dalil diatas menurut asumsi penulis menjelaskan bahwa Alam Barzakh masih sangat berkaitan dengan Alam kita sekarang ini, hanya saja kemampuan untuk menjangkau Alam tersebut adalah suatu kemustahilan, barzakh yang diciptakan Allah tidak seperti dinding beton kreasi manusia yang bisa dijangkau dengan golembang magnetis.
Penggalan Ayat pertama AlQur’an menjelaskan bahwa mereka –firaun dan sekutunya- dinampakan neraka pagi dan petang, ketarangan waktu pagi dan petang menunjukan adanya keterkaitan antara universe tempat tinggal kita sekarang dengan step pertama kehidupan akhirat, alasanya simple terjadinya pagi dan petang itu disebabkan route matahari ke planet bumi.
Dalil yang kedua mengenai kehidupan para Syuhada, mereka diberikan rezki sebagaimana kehidupan kita di dunia. Penggalan ayat “sedang kalian tidak merasakannya” berindikasi kepada makhluk yang anugerahi Allah sifat “Rasa”. Kata-kata rasa di penggalan ayat ini bukan berarti merasakan sesuatu karena sentuhan. Orang-orang arab ketika ingin mengatakan saya merasakan sesuatu akibat dari sentuhan atau rabahan tangan itu menggunakan kalimat hassa – حس، يحس – bukan menggunakan kata – شعر - . kata pada penggalan ayat tersebut berhubungan dengan dimensi barzakh bukan dimensi materi. Oleh karena kita terbatas –hajiz- pada kehidupan materi sudah barang tentu tidak dapat berkomunikasi dengan penghuni alam barzakh kecuali one condition, kita keluar dari alam materi menuju alam semi Barzakh yaitu alam mimpi (asumsi penulis). Wallahu a’lam.
Para Imam Ahlul Bait Rasulullah s.a.w. menjelaskan bahwa ada tiga golongan manusia di Alam Barzakh.
Pertama :
adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dengan sebaik-baik iman dan konsisten dengan keimanannya, lalu memperbaiki agamanya, tidak mencanpuradukan yang hak dengan yang bathil, mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Golongan ini menurut beliaus yang ditanya dikuburnya dan mendapatkan kenikmatan di Alam Barzakh sampai datangnya hari kebangkitan.
Kedua :
Golongan orang-orang kafir atau ingkar kepada Allah, golongan ini akan ditanya di kuburnya dan akan mendapatkan siksaan di Alam Barzakh sampai datangnya hari kebangkitan
Ketiga :
Golongan yang mencampuradukan antara kebenaran dan kebathilan, golongan ini tidak akan ditanya di kuburnya serta tidak akan mendapatkan balasan apapun dari perbuatannya di dunia hingga datangnya hari kebangkitan, nasib golongan ini akan tergantung pada Syafa’at dan pengampunan Allah, atau akan mendapatkan siksaan sebagai balasan dari dosa-dosa yang mereka perbuat untuk kemudian dimasukan kedalam Surga.
Terakhir…
Penulis ingin share kepada pembaca tentang sebuah hadits panjang yang diriwayatkan Abu Allaits sebagai berikut :
Dari Albaraa’ bin Aazib yang diridhoi Allah pada keduanya berkata : Kami bersama Nabi s.a.w keluar menghantar jenazah seorang sahabat Anshar, ketika tiba di liang lahad dan jenazah belum dimasukan, Nabi s.a.w. duduk dan kamipun duduk terdiam disekitar beliau dan menunddukan kepala bagaikan ada burung diatas kepala kami, sedang Beliau s.a.w mengorek-gorek dengan dahan yang ada ditangannya, kemudian beliau mengangkat kepala sambil bersabda : Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksaan kubur !!! beliau mengulanginya sebanyak tiga kali.
Abu Allaits berkata siapa yang hendak selamat dari siksa kubur, hendaknya menjaga empat perkara dan meninggalkan empat perkara pula :
JAGALAH EMPAT PERKARA
Jaga Shalat lima waktu
Memperbanyak sedekah
Memperbanyak membaca Al-Qur’an
Memperbanyak memuji atau bertasbih kepada Allah.
TINGGALKAN EMPAT PERKARA
Hindari berdusta atau berbohong
Berkhianat
Mengadu Domba
Hindari Kencing berdiri (Nabi Bersabda : Bersih-bersihlah kamu daripada kencing, karena umumnya siksaan kubur disebabkan karena kencing (artinya hendaknya mencuci kemaluan sebersi-bersinya)
Saling mengingatkanlah kita akan panggilan alam barzakh, umur semakin bertambah, rambut beruban, kondisi tubuh tidak se-fit masa muda, mata sudah mulai rabun, adalah merupakan sandi-sandi barzakh yang perlu kita hayati dan kita jadikan motivator untuk senantiasa welcome kepada step pertama kehidupan akhirat, semoga kita semua diberikan Allah hidayat insyallah.
Rasulullah mengajarkan kita sebuah do’a agar kita terhindar dari siksa kubur, sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Huraerah r.a. sebagai berikut :
“Jika salah seorang di antara kalian selesai tasyahud akhir (sebelum salam), mintalah perlindungan pada Allah dari empat hal: [1] siksa neraka jahannam, [2] siksa kubur, [3] penyimpangan ketika hidup dan mati, [4] kejelekan Al Masih Ad Dajjal.” (HR. Muslim). Do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah,
“Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzabil qobri, wa ‘adzabin naar, wa fitnatil mahyaa wal mamaat, wa syarri fitnatil masihid dajjal
[Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka, penyimpangan ketika hidup dan mati, dan kejelekan Al Masih Ad Dajjal].” (HR. Muslim)
Allahu Akbar, Puji dan Syukur hanya kepada-Nya, Allah
s.w.t. yang telah memberikan kita semua nikmat iman dan islam dan memelihara
persentasi keimanan kita semua, sehingga dengan spirit keimanan yang kita
miliki sekarang ini, mampu menjadi formulasi handal dan motivator untuk
memberikan komando kepada raga kita untuk hadir dan bersua di tempat yang penuh
mubarakah ini, Wisma Duta KBRI Addis Ababa, guna melakukan rangkaian Syariat
Rasulullahi Muhammad s.a.w dan Khalilullahi Ibrahim a.s.
Allahu Akbar walillahil hamd,
Shalawat dan Salam kepada Baginda Rasulullahi s.a.w.
beliau adalah seorang figure duniawi dan ukhrawi, sebagai pemimpin yang mampu
dan sukses mengajari, mengayomi dan memberikan istinary atau pencerahaan kepada
umat manusia, yang telah mengajarkan kita semua bagaimana berhaji ke
Baitullahil haram, bagaimana wukuf di Arafah, serta mengajarkan ummatnya yang
belum mendapat panggilan Allah ke Baitullahil Haram untuk berpuasa pada hari
Arafah.
Hamba Allah…
Hari ini, saya mengajak para jamaáh untuk kembali
menyimak prosesi bagaimana dan apa landasan hukum perintah berkurban, sebuah
ritual yang telah dijalankan beratus-ratus tahun lalu, dari zaman Khalilullahi
Ibrahim yang diabadikan dalam Al-Qurán sampai pada generasi kita sekarang.
Al-Saffat 102-107 merekam salah satu peristiwa penting
dialog antara seorang Khalilullahi Ibrahim dengan Putranya Ismail tentang mimpi
sang Ayah sebagai seorang Nabi dan Kekasih Allah.
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku
Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".
103. Tatkala keduanya Telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
104. Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
105. Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi
itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik.
106. Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang
nyata.
107. Dan kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar[1285].
[1284] yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah
mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana-
kannya.
[1285] sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim
dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan
korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). peristiwa Ini
menjadi dasar disyariatkannya qurban yang dilakukan pada hari raya haji.
Kisah ini merupakan puncak manifestasi keimanan seorang
Khalilullahi Ibrahim dan Putranya Ismail a.s. yang semestinya kita teladani
bersama. Proses terjadinya mimpi, dan dialog antara seorang Ayah dan Putranya
sama sekali kita tidak mendapatkan sebuah kata yang berkonotasi pasimis
terhadap perintah Allah, tidak ada konprontasi apatalagi keangkuhan, dan
hal-hal lain yang berseberangan dengan Allah, yang ada hanyalahistislamatau
kepasrahan terhadap sang pencipta.
وما كان إبراهيم يهوديا ولا نصرانيا ولكن كان حنيفامسلما
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Maha besar
Engkau ya Allah yang telah menciptakan jiwa-jiwa seperti Ibrahim dan Ismail,
yang memelihara jiwa-jiwa mereka dalam keterpautan asmara dengan Zat-Mu. Allah
jadikan jiwa-jiwa kami seperti jiwa Ibrahim dan Ismail.!!!
Saya akan menarik kisah luhur ini pada frame dan bingkai
kehidupan kita, dan mencoba mencaribalancyantara
perkataan Ibrahim dan putranya ismail dalam dialog tersebut pada beberapa point
berikut :
"Hai anakku
Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!"
Putra satu-satunya Ismail, anak semata wayang yang telah
tumbuh menjadi seorang laki-laki yang mampu membantu ayah dan ibunya, sang Ayah
tiba-tiba mendapat perintah Allah untuk menyembelihnya. mari mengadakan
diagnosa atau menganalisa sebuah kebasaran hati seorang Ibrahim dengan
mengambil perbandingan dengan jiwa-jiwa sekarang ini lalu bertanya masih adakah
jiwa-jiwa seperti Ibrahim dikalangan kita lingkungan KBRI Addis Ababa, ataukah
kisah ini hanya tinggal penghias Mushaf-Mushaf yang dijual di Markatu. That is
challenges to be Ibrahim soul and his spirit.
Memang tidak mudah untuk melatih jiwa kita untuk sampai
pada tataranIstislamatau tingkat tinggi kepasrahan diri
kepada Allah –Hanifan Musliman- akan tetapi saya yakin ketika sebuah kemauan
terbetik dalam hati untuk berusaha sampai pada tataran tersebut, insya Allah
kemudahan akan selalu diciptakan Allah untuk kita, akan selalu ada jalan untuk
sampai pada niat tersebut, kemauan, semangat, ikhtiar, usaha dan doa adalah
pilar untuk sampai kepada semua tujuan yang kita inginkan.
Maka
fikirkanlah apa pendapatmu wahai anak-ku Ismail!!!!
Sebagai seorang ayah yang bijak, beliau selalu mengkoordinasikan
dan memusyawarakan keinginannya dan juga merupakaniradatAllah
kepada putranya. Sama sekali tidak terlihat sikap egois dan ingin menang
sendiri. Beliau seorang bijak, árif dan mempunyai budi pekerti yang luhur
terhadap anak dan keluarganya, apatalagi kepada orang lain, apatalagi kepada
bawahan dan teman sekantor, saya yakin jiwa seperti beliau mampu menciptakan
suasana kerja yang kondusif dan konstruktif. penafsiran ini pada konteks
seorang Ayah dan anak.
Akan tetapi ketika kita tarik ayat ini dan memposisikan
ibrahim sebagai seorang Nabi, maka pertanyaan Ibrahim ini beraliansi lain,
yaitu ingin mengetahui kondisi kejiwaan putranya Ismail sejauh mana makrifatnya
kepada Allah, bukan maksud untuk memintamuafaqahatau persetujuan dari Ismail
Ismail
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Sebuah jawaban yang spektakuler, Begitu indah dan enak
terdengar di telinga, jawaban seorang anak kepada seorang Ayah, begitu tinggi
tingkat dan derajat makrifatnya, begitusmoothkondisi jiwa sang anak untuk
melontarkan kata-kata tersebut diatas, lagi lagi saya sampaikan kepada jamaáh,
sama sekali tidak ada konfrontasi ataupun secuil keangkuhan…nothing, it’s
really a perfect soul.
Di era serba global sekarang ini, me-maintenancejiwa seorang anak to be Ismail Soul,
itu tidak gampang, dengan kesibukan kantor yang bajibun, pergi pagi dan pulang
malam, sebuah indikasi untuk sebuah pencapaian pendidikan anak yang tidak
paripurna dalam hal duniawi dan ukhrawi. Sebagai seorang Ayah atau orang
tua, tidak saja dituntut Allah untuk memanjakannya dengan kehidupan duniawi,
akan tetapi persoalan ukhrawi menjadipage onedalam pendidikan dunia-ukhrawi anak.
Anak kita jago dalam bahasa inggris dalam semua aspek ilmu pengetahuan dan
sains akan tetapi ketika kita menanyainya tentang apa bahasa inggris daripadaLaa ilaha illallah Muhammadarrasulullah, nilainya Nol
besar….sebuah methode pendidikan yang tidak universal alias gagal.
Sebagai seorang Ayah kita wajib mencontoh bagaimana
Ibrahim mendidik Ismail untuk mengucapkan jawaban tersebut diatas. Dan sebagai
seorang Anak seharusnya mencontoh Ismail bagaimana beliau mampu pada pencapaian
tawakkal danistislamkepada sang Ayah dan kepada perintah
Allah.
وبالوالدين إحسانا
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil
Hamd….
Ya Allah Engkau yang menciptakan, mengatur dan menentukan
semua sesuatu, dengan keutamaan Hari Arafah jadikanlah jiwa orang tua kami
seperti Jiwa Ibrahim…!!!
Ya Allah dengan memontum sejarah Ibrahim dan Ismail ini,
dan keberkahan hari ini mohon jadikan Jiwa anak-anak kami seperti Jiwa Ismail.
Allahumma Taqabbal, allahumma Amien..
هذا وأستغفر الله لي ولكمولسائر المؤمنين والمؤمينات والحمد
لله رب العالمين.